Sonora.ID - Jika dibandingkan dengan Indonesia, Jepang termasuk negara yang lahan perkebunannya terbatas.
Namun keterbatasan tersebut tidak membuat negri sakura ini kehabisan ide dalam mengatasi permasalahan itu.
Kebanyakan rumah di Jepang menggunakan bahan baku kayu untuk untuk mengantisipasi kerugian akibat gempa yang sering melanda, sehingga untuk menyiasati keterbatasan lahan, mereka menggunakan teknik menanam daisugi.
Daisugi merupakan teknik kehutanan yang sudah dikembangkan selama berabad-abad di Jepang. Teknik tersebut bertujuan untuk membudidayakan pohon Cedar jenis Kitayama tanpa menghabiskan banyak lahan.
Proses pengembangan teknik tersebut sudah ada pada abad ke-14 pada masa Sukiya-Zukuri yang merupakan salah satu gaya arsitektur yang menggunakan bahan-bahan alami, terutama kayu pada proses membangunnya.
Batang kayu Kitayama sering digunakan untuk pilar rumah karena karakternya yang tidak bercabang.
Namun ketika Jepang kekurangan lahan untuk menanam pohon tersebut, terciptalah teknik penanaman daisugi, Teknik daisugi hampir mirip dengan bonsai asal Jepang, pada dasarnya daisugi melibatkan pemangkasan pada dahan induk pohon sehingga hanya memperbolehkan tunas paling lurus yang tumbuh. Proses pemangkasan dilakukan dengan hati-hati setiap beberapa tahun.
Baca Juga: 5 Tanaman yang Bisa Mencegah Tikus Masuk ke dalam Rumah Anda
Proses dari daisugi benar-benar hanya menyisakan dahan atas dan memastikan tunas yang tumbuh tidak tumbuh cabang baru.
Setelah berusia 20 tahun, tunas yang sekarang telah tumbuh lurus sudah bisa dipanen sebagai kayu Kitayama.
Dan setelah dipanen kayu Kitayama akan ditanam kembali di hutan sebagai persediaan untuk kedepannya.
Walaupun membutuhkan waktu 20 tahun ketika menunggu panen terasa sangat lama, pohon Kitayama yang ditanam dengan teknik daisugi memiliki kecepatan tumbuh yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang ditanam di tanah.
Kini setiap pohon Kitayama dapat menghasilkan lusinan tunas sekaligus, dan nantinya ketika sudah siap digunakan untuk membangun rumah dapat bertahan hingga 200-300 tahun sebelum menjadi usang.
Namun teknik penanaman daisugi sudah mulai tersisihkan oleh metode penanaman lain yang lebih efisien dan modern seiring berkembangnya jaman. Dan sekarang teknik daisugi justru diminati kembali oleh para pecinta tanaman hias tradisional Jepang di era modern ini.