Sonora.ID - Artikel kali ini akan membahas tentang 20 contoh teks anekdot singkat yang penuh dengan pembelajaran bermakna.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), teks anekdot didefinisikan sebagai teks cerita singkat dengan unsur lucu dan mengesankan para pembaca.
Ada banyak sekali contoh teks anekdot singkat dengan makna yang sangat mendalam di dalamnya untuk kamu baca saat memiliki waktu luang.
Pada dasarnya, teks anekdot ini sangat mudah untuk kamu cerna karena selalu diangkat dari kejadian nyata, sehingga bersifat mengkritik.
Berikut adalah 20 contoh teks anekdot singkat yang sudah Sonora ID rangkum dari berbagai sumber untuk kamu baca.
1. Teks Anekdot Singkat I
Baca Juga: 37 Kata-kata Motivasi Belajar yang Membangkitkan Semangat
Menunggu
Pada suatu pagi yang cerah, seorang pemuda bernama Adit sedang berjemur di teras rumahnya. Tiba-tiba, dia mendengar seseorang memanggil namanya. Rupanya, suara itu berasal dari tetangganya. Doni, yang sedang duduk di kursi terasnya.
Doni: "Pagi, Dit!"
Adit: "Pagi, Don!"
Doni: "Kamu tumben akhir-akhir ini rajin berjemur. Biasanya aku nggak pernah lihat kamu kayak gini."
Adit: "Iya nih, Aku jadi takut sendiri dengerin berita dari grup keluarga. Lagian sudah ada banyak cerita orang meninggal gara-gara covid. Lagian gara-gara PPKM kan nganggur, jadinya ya berjemur."
Doni: "Iya, aku juga sih, gara-gara nggak kerja karena PPKM, jadinya nganggur."
Adit: "Ngomong-ngomong, kamu sudah terima bansos belom?"
Doni: "Belom nih, kalau kamu gimana?"
Adit: "Aku juga belom terima, padahal sudah daftar kapan hari."
Keesokan harinya, di tempat yang sama, kedua pemuda itu berbincang lagi.
Doni: "Pagi Dit, sudah sarapan?"
Adit: "Belom, makanannya nggak dateng-dateng padahal sudah pesen dari jam setengah delapan."
Doni: "Wah, lama banget. Kok nggak sampe-sampe ya, padahal sudah hampir satu jam."
Adit: "Aku kasihan sama perutku, sudah teriak-teriak laper dari tadi."
Doni: "Kamu batalin aja makannya, mending masak sendiri."
Adit: "Lho kenapa emangnya?"
Doni: "Bansos aja nggak dateng-dateng, apalagi sarapamu."
Kedua pria itu pun tertawa terbahak-bahak.
2. Teks Anekdot Singkat II
Sekolah Bertarif Internasional
Suatu ketika, di sekolah negeri “entah di mana”, seorang Bapak Guru memberi tahu kepada anak didiknya bahwa sekolah mereka akan berubah status menjadi SBI (Sekolah Bertaraf Internasional). “Anak-anak, ada kabar gembira untuk kita semua. Tidak lama lagi, sekolah kita akan menjadi SBI. Nah, untuk menyambut hal ini, saya mau tanya kira-kira apa yang akan kalian siapkan?” tanya sang guru.
“Azis, apa yang akan kamu lakukan untuk menyambut ini?” tanya guru tersebut lebih lanjut. Dengan sigap, Azis menjawab pertanyaan pak guru “Belajar bahasa Inggris agar mampu berbicara bahasa Inggris, Pak.” jawab Azis.
“Bagus sekali, kalau kamu, Gusti? tanya guru kepada Gusti. “Harus siapkan uang, Pak.” jawab Gusti. “Lho, kok uang?” tanya pak guru lebih lanjut. “Ya, Pak. Soalnya kalau sekolah kita statusnya sudah SBI, pasti bayarnya lebih mahal. Masa sih bayarnya kayak sekolah biasa? Udah gitu, pasti nanti dimintai iuran untuk ini itu.” jelas Gusti lebih lanjut.
“Jawabanmu kok sinis sekali? Begini lho, kalau sekolah kita bertaraf Internasional, artinya sekolah kita itu setara dengan sekolah luar negeri. Jadi, kalian seperti sekolah di luar negeri” sang guru melanjutkan penjelasannya.
“Tapi Pak, kalau menurut saya, SBI itu bukan Sekolah Bertaraf Internasional, tapi Sekolah Bertarif Internasional” Gusti juga melanjutkan penjelasannya.
3. Teks Anekdot Singkat III
Jaksa Penuntut Umum kembali menodong saksi dengan pertanyaan seputar sidang korupsi politik di pengadilan tinggi.
"Apa benar saudara menerima uang sebesar 2,4 triliun Rupiah sebagai bentuk kerja sama dalam kasus ini?"
Saksi hanya diam saja. Akhirnya, hakim bersuara. "Pak, silakan jawab pertanyaan yang diberikan JPU!"
"Oh, mohon maaf, Yang Mulia," ucap saksi tersadar dari lamunannya kemudian melanjutkan perkataannya. "Saya pikir jaksa sedang berbicara dengan Anda, Yang Mulia."
4. Teks Anekdot Singkat IV
Baju Termahal
Amar: “Mir, ternyata banyak politisi di negeri kita yang sudah kaya raya!”
Amir: “Kalau masalah itu aku juga sudah tau, Mar!”
Amar: “Saking kayanya mereka, sampai mampu memiliki baju termahal di Indonesia.”
Amir: “Hah, baju termahal di Indonesia? Baju apa itu?”
Amar: “Yah, apalagi kalau bukan baju tahanan KPK."
Amir: “Kok malah baju tahanan KPK?” (Bingung)
Amar: “Iyalah, coba saja kamu pikir, seorang politisi minimal harus mencuri uang negara 1 milyar terlebih dahulu baru bisa memakai baju tersebut.”
Amir: “Ooohh, maksud kamu gitu toh, baru ngerti aku.”
5. Teks Anekdot Singkat V
Dosen yang Juga Menjadi Pejabat