“Empat pilar tersebut, digital skill, digital culture, digital ethics, dan digital safety akandisampaikan melalui dua tema yakni transformasi digital pemerintah dan netralitas ASN, serta penguatan keamanan data dan medsos di lingkungan TNI,” tuturnya.
Menurut Niki, literasi digital bagi TNI ini penting, pasalnya perkembangan di era digital menimbulkan jenis-jenis ancaman baru terhadap kedaulatan negara yang harus diwaspadai oleh TNI dalam menjalankan tugas.
Ancaman tersebut antara lain serangan siber, yang dapat mencakup serangan DDoS (Distributed Denial of Service), pencurian data, dan sabotase sistem. Selanjutnya propaganda yang mengancam keamanan nasional, penggunaan propaganda akan mengancam keamanan nasional melalui media sosial dan platform digital lainnya.
Berikutnya cyber terorist, dimana teknologi digital telah memberikan alat baru bagi kelompok teroris untuk melancarkan serangan dan merekrut anggota baru untuk merencanakan serangan.
Terakhir adalah state sponsored cyber attact, yaitu serangan siber yang disponsori negara atau kelompok yang bermaksud jahat dapat melakukan pengintaian atau pencurian informasi rahasia melalui jaringan digital.
Nikki menjelaskan bahwa para peserta yang mengikuti kegiatan Literasi Digital Sektor Pemerintahan di Denpasar Bali itu berjumlah 200 orang Prajurit TNI. Peserta terdiri dari tiga angkatan, yakni angkatan darat, angkatan udara dan angkatan laut.
“Seratus prajurit TNI di tanggal 21 Agustus 2023 dan seratus prajurit di tanggal 22 Agustus 2023,” jelas Nikki.
Baca berita update lainnya dari Sonora.id di Google News