4. Tangkuban Perahu
Dina hiji mangsa, dicaritakeun aya sahiji putri raja di jawa barat ngaranna dayang sumbi. Dayang sumbi boga anak lalaki nu kasep ngaranna sangkuriang.
Sangkuriang dibaturan ku hiji anjing nu ngaranna tumang nu sabenerna titisan dewa nu mangrupakeun bapana sangkuriang. Ngan tina hiji poe, si tumang diusir ka jero hutan ku sangkuriang. Ngadenge kejadian ieu, dayang sumbi teras ngambek kacida. Sangkuriang diusir ninggakeun istana.
Entos lami pisan sangkuriang mangkat, akhirna sangkuriang mutuskeun balik dei ka istana. Basa eta sangkuriang ningali aya hiji awewe anu geulis kacida nu teu lain padahal mah indungna. Ningali tina kagelisan nana, akhirna sangkuriang niat rek ngalamarna. Ngan dayang sumbi ngarasa curiga ningali beungetna mirip pisan jeung anakna.
Niat rek ngagagal keun lamaran eta, dayang sumbi teras ngajukeun dua syarat ka pamuda eta, nyaeta: Ka hiji, pamuda eta kudu ngabendung cai citarum, kadua, dayang sumbi hayang hiji sampan parahu anu gede pikeun nyebrang cai citarum.
Kadua syarat eta kudu tos di lakukeun saencan panon poe mulai bijil. Nah dina peting eta keneh, sangkuriang mulai ngalakukeun dua syarat eta. Sangkuriang mulai tapa jeung ngerahkeun makhluk-makhluk gaib pikeun ngabantuan ngawujudkeun dua syarat eta.
Dayang sumbi, mulai ningali lalaunan pagawean sangkuriang nu sabenerna ampir beres di lakukeun. Dina waktu eta keneh, dayang sumbi oge mulai marentahkeun pasukan nana pikeun ngabentangkeun laon sutra nu warna beurem ti sabelah kota timur, sa olah-olah okos panon poe nu karak bijil.
Sangkuriang terus ningali warna bereum eta, jeung ngira panon poe tos mulai bijil. Sangkuriang akhirna teu jadi neruskeun pagawean nana, ngambek lantaran nganggap teu bisa ngabulkeun dua syarat eta.
Make kakuatan nana, akhirna sangkuriang ngabobol bendungan anu entos di jienna, teu lila jadi banjir gede jeung nendang sampan parahu nu tos dijienna. Sampan parahu eta ngalayang jeung akhirna ragag dina hiji gunung nu ayena disebut “gunung tangkuban parahu.”
5. Si Kabayan
Kisah ini menceritakan tentang seorang pemuda bernama Si Kabayan. Pemuda ini dikenal sebagai seseorang yang banyak akal namun pemalas. Si Kabayan telah menikah dengan seorang perempuan bernama Nyi Iteung. Mereka berdua tinggal di rumah Nyi Iteung.
Suatu hari, Kabayan diminta oleh mertuanya untuk memetik buah nangka yang sudah matang. Dengan berat hati, Si Kabayan mengiyakan permintaan mertuanya tersebut. Pohon nangka yang dimaksud oleh sang mertua terletak di pinggir sungai dan batangnya menjorok di atas sungai.
Sesampainya di sana, Si Kabayan berusaha untuk mengambil satu buah nangka yang sudah tua dan besar. Namun karena nangkanya terlalu besar, Kabayan tidak kuat mengangkatnya.
“Ini susah bawa nangkanya. Tidak terangkat oleh saya.” ujar Si Kabayan dalam hati.
Ia kemudian berpikir bagaimana caranya membawa pulang nangka tersebut. Karena pohon nangka berada di pinggir sungai, Si Kabayan pun menghanyutkan nangkanya.
“Pulang duluan ya, kan sudah besar.” ujar Kabayan kepada nangka. Kemudian ia pun pulang ke rumah.
Sesampainya di rumah, mertuanya merasa bingung melihat Si Kabayan yang pulang dengan tangan kosong. Karena penasaran, ia bertanya pada Kabayan kemana perginya buah nangka yang dipetiknya. “Bagaimana, dapat nangkanya?” tanya mertuanya.
“Ya dapat dong, besar, dan tua lagi.” jawab Kabayan.
“Mana nangkanya? Kok kamu pulang tidak membawa apa-apa?” kata mertuanya.
“Lho, belum datang ya? Padahal aku tadi sudah minta pada buah itu untuk berjalan duluan ke rumah. Ternyata buah nangka itu belum sampai juga.” ucap Kabayan.
Sang mertua masih kebingungan dan memintanya menjelaskan kembali.
“Jadi, tadi aku sudah memetik nangkanya, namun karena terlalu berat, aku menghanyutkannya di sungai agar pulang sendiri.” jelas Si Kabayan.
“Kamu jangan bercanda! Tidak ada ceritnya, nangka bisa pulang sendiri.” ujar mertuanya kesal.
“Hah yang bodoh itu nangka itu, udah tua masa nggak tau jalan pulang.” kata Si Kabayan sambil melengos pergi.
Baca Juga: 3 Pidato Bahasa Sunda tentang Sopan Santun Lengkap Sesuai Strukturnya!
6. Situ Bagendit
Di sebuah desa di wilayah kota Garut, tinggalah seorang wanita bernama Nyi Endit. Nyi Endit merupakan janda yang sangat kaya. Ia juga disegani oleh masyarakat di desanya. Berkat kekayaannya, Nyi Endit dapat melakukan apa saja sesuai keinginannya.
Karena kekayaannya pula, banyak warga desa yang meminjam uang kepadanya. Namun uang yang dipinjam harus dikembalikan dengan bunga yang tinggi. Bagi warga desa yang tidak mampu membayarkan hutangnya maka pengawal dari Nyi Endit tidak segan-segan akan melakukan kekerasan.
Ketika musim paceklik datang, warga desa banyak yang mengalami kelaparan karena hasil panen mereka gagal akibat kekeringan. Sebaliknya, Nyi Endit dan keluarganya malah asik melakukan pesta, tanpa memperdulikan bagaimana keadaan warga di desanya.
Pesta yang digelar oleh Nyi Endit sangatlah meriah. Ketika sedang asyik berpesta, Nyi Endit lalu diberitahukan bahwa di depan rumahnya ada seorang pengemis yang datang.
“Kurang ajar! Berani-beraninya ia mengganggu pestaku. Segera usir dia!” perintah Nyi Endit kepada pengawalnya.
Namun, tanpa diduga pengemis tersebut berhasil menerobos masuk ke halam rumah Nyi Endit. “Nyi Endit, kau benar-benar adalah orang yang kejam dan serakah! Berikanlah sedikit makanan yang ada di pestamu kepada para warga desa yang kelaparan.” katanya.
“Berani-beraninya kau berkata seperti itu! Cepat usir dia dari rumahku!” kata Nyi Endit memerintahkan pengawalnya.
Mendengar perintah tersebut, para pengawal Nyi Endit bersiap untuk mengusir paksa si pengemis. Namun hanya dengan sekali gebrakan, si pengemis dapat membuat pengawal Nyi Endit terlempar beberapa meter.
Kemudian pengemis tersebut mengambil sebatang ranting pohon dan menancapkannya ke dalam tanah. “Jika kau berhasil mencabut ranting pohon ini, maka kau termasuk ke dalam orang-orang yang mulia di dunia ini. Namun jika kau tidak berhasil, kau dapat meminta bantuan kepada pengawalmu.” seru si pengemis.
Nyi Endit berusaha mencabut ranting pohon tersebut, namun tak berhasil begitupun dengan para pengawalnya. Tanpa diduga, setelah itu si pengemis berhasil mencabut ranting pohon tersebut dengan mudah. Sekejap dari tanah yang ditancapkan ranting tersebut menyemburlah air yang begitu banyak.
Air yang terus-terusan menyebur itu kemudian membuat satu desa menjadi terendam. Hingga akhirnya membentuk sebuah danau yang bernama Situ Bagendit. Situ artinya danau, sedangkan Bagendit diambil dari nama Nyi Endit.
Baca Juga: 3 Pidato Bahasa Sunda tentang Sopan Santun Lengkap Sesuai Strukturnya!
7. Sasakala Gunung Geulis
Dongeng ini dikisahkan pada zaman dahulu, hiduplah sepasang suami istri yang sudah lama menikah namun tak kunjung dikaruniai anak. Siang dan malam, sang suami tak kunjung berhenti memohon kepada Tuhan. Sampai akhirnya, suatu malam ia mendapat petunjuk melalui mimpinya.
Ia harus pergi ke sebuah gunung di sebelah timur desanya dan bertapa di lereng gunung tersebut. Maka saat pagi harinya, ia menceritakan mimpi itu kepada istrinya. Mendengar mimpi tersebut, sang istri meminta sang suami untuk mengikuti petunjuk tersebut.
Kemudian berangkatlah sang suami mencari gunung yang akan dijadikan sebagai tempat untuk bertapa. Setelah menemukan gunung yang dimaksud, ia mulai bertapa selama 40 hari 40 malam.
Pada malam terakhir, ia didatangi oleh seorang putri yang sangat cantik. Putri tersebut tak lain merupakan makhluk gaib penghuni gunung tersebut.
Melihat kecantikan sang putri, si suami langsung lupa dengan niatnya semula. Akhirnya ia menikah dengan putri tersebut. Sebenarnya putri tersebut merupakan jelmaan dari seekor ular besar.
Setelah berbulan-bulan menunggu sang suami tak kunjung pulang, sang istri kemudian menjadi dimana keberadaan suaminya. Sampai akhirnya ia menemukan suaminya sedang dililit oleh seekor ulang besar.
Ia terkejut dan takut akan keselamatan suaminya. Namun karena rasa sayangnya kepada sang suami begitu besar, ia membulatkan keberaniannya.
Sang istri mencari cara untuk menyelamatkan suaminya dari jeratan ulat tersebut. Ia lalu menjerat ular tersebut. Setelah berhasil dijerat, sang istri mencari kuda dan menyeret ular tersebut dan di bawanya turun dari lereng gunung.
Sesampainya di suatu tempat, kuda tersebut kemudian diikat pada sebatang pohon.
Sang suami yang diam-diam mengikuti, melihat rencana sang istri yang hendak membunuh ular tersebut. Ia segera menghalangi perbuatan istrinya. Karena rupanya apa yang dilihat oleh suaminya bukanlah seekor ular besar, melainkan seorang putri yang cantik jelita.
Sang istri lantas merasa kesal melihat tindakan suaminya yang berusaha menghalanginya membunuh ular. Ia lantas membunuh ular dan suaminya.
Beberapa hari kemudian, bangkai ular dan jasad suaminya hilang tak berbekas. Konon katanya, jasad suaminya telah berubah wujud menjadi ular yang kemudian hidup di gunung tersebut. Gunung itu kini dikenal namanya dengan Gunung Geulis.