Banjarmasin, Sonora.ID - Meski kabut asap yang menyerang kota Banjarmasin akibat dampak dari Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) mulai menunjukan tanda-tanda mengkhawatirkan.
Berdasarkan pantauan Smart FM Banjarmasin, Selasa (29/8), Air Quality Monitoring System (AQMS) atau alat pemantau kualitas udara otomatis di kawasan Lambung Mangkurat menunjukan, PM 2,5 atau partikel debu nyaris tidak sehat.
Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Banjarmasin, Wahyu Hardi Cahyono menyatakan, tingkat polusi udara masih dalam kategori sedang, dalam beberapa hari terakhir.
"Beberapa parameter pada display AQMS masih kategori baik. Misalnya PM 1.0, NO 2 masih hijau. Kecuali PM 2,5 yang Biru atau kategori sedang," ucap Wahyu kepada Smart FM Banjarmasin.
Meski demikian, tak menutup kemungkinan kualitas udara di Banjarmasin akan semakin memburuk, jika kabut asap yang semakin tebal. Akibat kiriman Karhutla dari daerah tetangga.
"Mungkin saja jika ketebalan kabut makin tinggi bakal berpengaruh dengan kualitas udara kita," ungkapnya.
Pihaknya menekankan akan terus melakukan monitoring terhadap AQMS, agar bisa memberikan peringatan terlebih dulu kepada masyarakat, jika kondisinya mengkhawatirkan.
"Tingkat kualitas udara sendiri fluktuatif atau terus mengalami perubahan," pungkasnya.
Sementara itu, Wakil Wali kota Banjarmasin, Arifin Noor menyatakan, pihaknya belum mengambil kebijakan Work From Home (WFH) pada ASN, meski kabut asap mulai terasa beberapa pekan ini.
"Termasuk kepada kalangan siswa di lingkungan siswa," ujarnya.
Menurutnya, pengambilan kebijakan tersebut, harus didasari arahan dari Pemerintah Provinsi Kalsel dan kajian sebelumnya oleh pihak terkait.