Sonora.ID – Berikut beberapa contoh teks cerita sejarah pribadi singkat namun menarik yang bisa dijadikan referensi bagi yang membutuhkan.
Teks cerita sejarah adalah teks yang menjelaskan dan menceritakan tentang fakta dan kejadian masa lalu yang menjadi latar belakang terjadinya sesuatu yang mempunyai nilai sejarah.
Teks cerita sejarah terbagi menjadi beberapa macam, salah satunya adalah teks cerita sejarah pribadi.
Teks tersebut dapat digolongkan sebagai cerita sejarah nonfiksi, yakni cerita yang benar-benar nyata.
Teks sejarah pribadi adalah teks yang bergantung dari pengalaman manusia dan fokus pada penceritaan di masa lampau.
Baca Juga: 3 Contoh Teks Laporan Hasil Observasi Kucing Beserta Strukturnya!
Teks cerita sejarah pribadi juga bisa digunakan untuk mendeskripsikan atau memaparkan peristiwa dari kehidupan di masa kecil hingga sekarang yang dibuat sendiri oleh orang yang bersangkutan.
Lantas, bagaimana cara membuat teks cerita sejarah pribadi?
Seperti halnya cerita pada umumnya, cerita sejarah pribadi juga memiliki latar waktu, latar tempat, dan unsur penting lainnya yang membangun isi cerita.
Agar dapat membuat teks ini dengan benar, sebaiknya kamu mengetahui contoh cerita sejarah pribadi singkat beserta strukturnya. Hal ini sangat penting karena dapat memberi wawasan baru untuk kamu.
Lankah pertama dalam menyusun teks cerita sejarah pribadi adalah dengan menentukan topik utama yang akan dibahas.
Kemdian tentukan judul cerita yang menari dari topik utama tersebut. Lalu, mulailah mengumpulkan data dan fakta sejarah pribadi yang bersangkutan dengan topik yang akan dibahas.
Untuk memudahkan penulis dalam menyusun cerita, dibutuhkan juga kerangka karangan dari teks cerita.
Kemudian yang terakhir, jangan lupa untuk menyunting karangan untuk meminimalisir salah ejaan.
Supaya lebih paham lagi, mari simak beberapa contoh teks cerita sejarah pribadi singkat namun menarik berikut ini.
Contoh 1
Aku memiliki seorang sahabat yang setia denganku sejak aku kecil, namanya Gita sedangkan namaku Gina sehingga teman-teman sering memanggil kami berdua dengan sebutan Gigi.
Sejak kecil kami selalu bersama karena kami juga bertetangga dekat. Aku seperti anak bagi orang tuanya dan dia seperti anak bagi orang tuaku.
Saat kami berdua masuk kuliah di kampus yang sama, tidak ada satu pun dari kami yang bisa mengendarai sepeda motor.
Saat itu ayahku bilang kalau salah satu dari aku dan Gita tidak bisa menghendaki sepeda motor dalam dua pekan, maka berangkat dan pulang kuliah harus naik angkot, tidak boleh antar jemput. Begitu pun dengan apa yang dikatakan orang tua Gita.
Padahal, akan sangat ribet jika ke kampus pakai angkot karena jarak rumah ke sekolah cukup nanggung, agak dekat tetapi juga agak jauh.
Maka, setelah diberi ultimatum itu, setelah pulang kuliah, kami mulai latihan naik motor di lapangan belakang rumah diajari oleh kakak Gita yang bernama Kak Gito.
Sebelumnya aku sudah bisa menaiki sepeda roda dua jadi saat itu aku sangat yakin dan percaya diri bahwa aku bisa mengendarai sepeda motor dengan mudah. Sementara sahabatku, Gita, tidak bisa sepeda sama sekali.
Namun ternyata untuk melakukannya tidak semudah yang aku pikirkan. Di hari pertama kami belajar sepeda motor, ternyata aku jatuh berkali-kali, apalagi Gita.
Untung saja kami pakai motor butut milik ayah Gita yang sangat jarang dipakai. Kami latihan gantian. Ayah dan ibuku hanya melihat kami belajar sepeda motor dari kejauhan.
Keesokan harinya adalah hari libur, jadi aku dan Gita sangat bersemangat untuk latihan sepeda motor dari pagi hari.
Di hari kedua latihan sepeda motor, ternyata Ayah turun tangan membantuku ikut naik motor denganku, jadi aku tinggal mengikuti instruksinya saja.
Namun ketika ayah melepasku sendiri, aku terjatuh lagi dan lagi. Gita hanya mentertawakanku, padahal dia juga belum bisa.
Meskipun begitu kami tidak menyerah dan terus semangat. Bahkan kami latihan sepeda hampir seharian lupa makan.
Kami berlanjut belajar di hari-hari selanjutnya tanpa didampingi. Tepat di hari ketiga, aku ada peningkatan karena sudah mulai bisa menjaga keseimbangan.
Meski cuaca panas, aku dan Gita tetap bersemangat dan latihan sambil tertawa riang. Aku sangat bahagia dan langsung memberitahu kedua orang tuaku bahwa aku sudah bisa menaiki sepeda motor.