"Ada sentuhan yang salah dalam artian, ada yang kasih susu dan telur. Tapi, susu dan telur yang keluar ini bukan dikonsumsi anak tapi orang tua. Lebih parah lagi, ada bantuan susu dengan biskuit untuk anak tapi setiap ada tamu, biskuit ini diberikan ke tamu," ungkapnya.
Bantuan yang tidak tepat sasaran itulah yang membuat angka stunting progresnya berjalan lambat.
Denny Mangala juga menyoroti terkait penyerapan anggaran untuk penanganan stunting masih sangat rendah.
"Kami juga dapatkan data dari BKKBN BOKB distribusi teralokasi di 15 kabupaten/kota dengan nilai 54,97 miliar, dimana 45,13% untuk stunting tapi apa yang kita lihat didata yang masuk ke kita sampai hari ini yang terealisasi baru 16% lebih sedikit. Ini masih jauh padahal ini sudah bulan September hitungannya September Oktober November Desember 4 bulan artinya 7 bulan yang sudah lewat penyerapannya sangat-sangat kecil, sangat-sangat minim," ungkap Mangala.
"Penanganan stunting ini menjadi tugas kita bersama disamping program pemerintah. Ini adalah misi kemanusiaan tolong kita care sama-sama untuk misi kemanusiaan dimana kita harus memberikan perhatian dan kepedulian untuk kemudian mengangkat anak-anak stunting ini dengan kepedulian kita, dan ini akan menjadi catatan yang luar biasa karena itu mohon untuk kabupaten/kota ini ada beberapa yang masih sangat kecil penyerapannya," pungkasnya.
Turut hadir sebagai peserta dalam kegiatan ini, Sekretaris Daerah, Dinas Kesehatan dan Kepala Dinas KB dari 15 kabupaten/kota.
Kegiatan di lanjutkan dengan materi Strategi Konvergensi PPS Provinsi Sulawesi Utara dari Kepala Bappeda dan Akselerasi Penyerapan dana DAK Fisik subbidang KB dan BOKB tahun anggaran 2023 oleh Sekretaris Perwakilan BKKBN Sulut.
Baca berita update lainnya dari Sonora.id di Google News