Saat ini, pemerintahan DKI Jakarta sedang menyusun peta jalan yang meliputi batasan emisi untuk empat sektor negara lainnya, seperti kehutanan, proses industri, pertanian, dan pengelolaan limbah.
Dengan adanya peraturan ini, pemerintah berharap setiap perusahaan dapat memangkas emisi mereka dan menginvestasikan kembali dana yanhg sudah didapatkan untuk mengurangi emisi.
Berdasarkan penjelasan Presiden Jokowi dalam perilisan bursa karbon, keuntungan dari jenis bursa ini dapat dilihat dari jumlahnya yang hampir sama dengan APBN.
Baca Juga: Bursa Karbon Indonesia Resmi Diluncurkan
Indonesia sendiri memiliki potensi bursa karbon sebesar Rp 3.000 T. Patokan APBN Indonesia di 2023 ada di angka Rp 3.061 T.
Presiden Jokowi sendiir mengatakan bahwa ada kurang lebih 1 giga ton CO2 potensi kredit karbon yang dapat dimanfaatkan dan dapat mencapai potensi Rp 3.000 T jika dimanfaatkan dengan baik.
Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia memiliki potensi yang sangat baik dalam memberikan solusi berbasis alam (nature-based solution).
Harga Pasar Bursa Karbon
Iman Rachman selaku Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) mengatakan bahwa harga bursa karbon sangat bervariasi dan tergantung dengan proyek dari perusahaan masing-masing.
Sebagai contoh, PT Pertamina Geothermal Energy di Sulawesi memiliki tiga belas kredit karbon untuk 460.000 metrik ton setara karbon dioksida yang sudah diperdagangkan dengan harga Rp 69.600 ($4,51).
Sedangkan pada pembangkit listrik tenaga batu bara memperdagangkan bursa karbon dengan kisaran harga $2 sampai $18 per ton di Februari lalu.
Harga karbon di Uni Eropa sudah mencapai lebih dari $ 80 per ton dan $5,36 per ton pada bursa karbon CIX berbasis di Singapura.
Itu dia penjelasan lengkap terkait Bursa Karbon yang dapat kamu simak; semoga kehadiran bursa ini dapat mengurangi emisi karbon secara signifikan.
Baca berita update lainnya dari Sonora.ID di Google News.