Penampilan teater Gaduh Sirep semakin menyemarakkan malam sastra milik perempuan ini.
Riuhnya penampil siswi-siswi SMA Stella Duce 1, memberikan suasana segar ala anak muda.
Nuansa kedamaian dalam toleransi tersirat dari ”Doa Untuk Langit dan Bumi” yang dilantunkan oleh ibu-ibu hadroh Kotabaru dan suster-suster ADM (Amal Kasih Darah Mulia) Kotabaru.
Seakan tanpa sekat, para pegiat sastra dari kalangan remaja, dewasa, hingga kawakan sekalipun tampak membaur menjadi satu.
Di penghujung acara, penonton yang berjumlah ratusan dimanjakan dengan penampilan musik dari Olski band.
Baca Juga: Ciptakan Ruang Sastra Lewat FSY 2023
Yetti mengatakan FSY adalah bukti dari kekuatan kolaborasi dan semangat bersama dalam melestarikan sastra dengan mendekatkannya ke masyarakat.
”Kami berharap festival sastra ini dapat berkembang lebih baik, semakin meneguhkan Jogja sebagai ibukota sastra. FSY semakin memberikan inspirasi dan motivasi kepada masyarakat untuk produktif dalam berkreasi sastra," ujarnya.
”Jogja itu pionir dan gudangnya sastrawan, tempat lahirnya banyak sastrawan untuk Indonesia. Melalui Festival sastra masyarakat lebih paham bahwa sastra itu ternyata meliputi semua aspek dalam kehidupan, termasuk budaya unggah-ungguh, toleransi juga bergotong royong," imbuh Yetti kemudian.
"Setiap tahunnya, festival ini menciptakan ruang pertemuan yang tak ternilai, tempat sastrawan dan seniman berbagi gagasan, menginspirasi satu sama lain, dan mengukir jejak yang akan terus berlanjut di masa depan," bebernya.