Penajam, Sonora.ID - Akibat cuaca kemarau panjang serta dampak El Nino, kondisi persawahan yang berada di Penajam Paser Utara (PPU), khususnya Kecamatan Babulu mengalami kekeringan.
Akibatnya, selain gagal panen, banyak para petani sawah akhirnya beralih fungsi menjadi pekebun sawit. Tentu sebagian besar masyarakat petani mengharapkan adanya irigasi untuk pengairan.
Hal itu tentu menjadi atensi dari Sekretaris Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) PPU Sujiati mengingat kawasan Kecamatan Babulu digadang-gadang sebagai wilayah lumbung pangan di PPU.
"Akibatnya tidak ada irigasi sebagian dari petani mulai beralih fungsi menjadi pekebun sawit," katanya ditemui, Rabu (1/11).
Wanita politisi dari partai Gerindra itu menyebutkan, dampak kekeringan saat ini sangat parah. Tekstur tanahnya juga sudah kering dan gersang.
Dirinya juga tak menampik, sekitar 600 hektare tanah milik petani sudah dijadikan perkebunan sawit.
"Hal tersebut dikarenakan kondisi alam yang saat ini kurang memungkinkan," ucapnya.
Apalagi para petani kebanyakan mengharapkan pengairan dari tadah hujan saja. Dirinya menyebutkan, solusinya adalah irigasi. Salah satunya, pengairan yang ada di Bendung Telake.
"Memang, bendungan tersebut milik Kabupaten Paser. Hanya saja jarak bendungan tersebut sangat dekat dengan sawah - sawah yang ada di Kecamatan Babulu (PPU)," timpalnya.
Dirinya sudah berkali-kali menegaskan kepada pemerintah, solusinya hanya satu, yaitu Bendung Telake untuk irigasi pengairan untuk mengatasi kekeringan. Bahkan hal tersebut selalu disampaikan setiap kali menggelar rapat.
"Apapun itu, kami akan tetap berupayakan untuk bagaimana caranya pengairan itu bisa terealisasi," jelasnya.
Apalagi terkait dengan Ibu Kota Nusantara (IKN), selain Kutai Kartanegara (Kukar), PPU juga merupakan lumbung pangan di PPU untuk kebutuhan ibu kota negara nantinya.
"Intinya, saat pengairannya lancar, orang tidak akan menanam sawit," tegasnya.
Baca berita update lainnya dari Sonora.id di Google News