Bontang, Sonora.Id - Sebagai salah satu anak Perusahaan Subholding Upstream Pertamina Hulu Energi, Badak LNG, telah berinteraksi dengan masyarakat Bontang selama hampir 50 tahun dan menyadari pentingnya melakukan pengembangan masyarakat untuk menciptakan peningkatan ekonomi dan kemandirian. Pengembangan ini dapat diwujudkan dengan memberikan perhatian pada program-program tanggung jawab sosial atau Corporate Social Responsibility (CSR).
Tahun ini, Badak LNG mengusung program CSR yang berfokus pada masyarakat pesisir di Kampung Tihi-Tihi, Kelurahan Bontang Lestari. Program ini diberi nama MENARA MARINA, yakni Menuju Nelayan Ramah Lingkungan Mandiri dan Sejahtera.
Terletak di tengah lautan pesisir Bontang, Kampung Terapung Tihi-Tihi secara geografis tidak begitu strategis. Masyarakat Tihi-Tihi dapat dikatakan sebagai masyarakat rentan karena letaknya yang jauh dari daratan menyebabkan warga Tihi-Tihi memiliki akses terbatas untuk mendapatkan fasilitas pelayanan publik seperti pelayanan kesehatan, akses permodalan, dan pendidikan tingkat SMP dan SMA.
Sebanyak 93 kepala keluarga di Tihi-Tihi pun menggantungkan hidupnya sehari-hari dari aktivitas bertani rumput laut dan juga nelayan tangkap. Sayangnya, hasil panen rumput laut warga Tihi-Tihi terus mengalami penurunan setiap tahunnya. Bila sebelumnya mereka bisa mencapai total 40 ton setiap bulannya, kini mereka hanya memanen sekitar 1,5 hingga 10 ton setiap bulan.
Penurunan hasil panen yang drastis ini disebabkan oleh penggunaan bibit rumput laut yang sudah sangat lama. Selain itu, hasil tangkapan ikan ketika memancing juga seringkali tidak menentu karena faktor cuaca. Bahkan mereka pernah tidak melaut selama hampir 9 bulan lamanya sehingga terpaksa berhutang kepada pengepul atau yang lainnya agar dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Untuk itu, Badak LNG hadir di tengah warga Tihi-Tihi untuk mendorong potensi kampung Tihi-Tihi dan juga menciptakan solusi dari permasalahan yang ada.
Badak LNG melalui program MENARA MARINA telah memberikan dukungan beragam. Seperti meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah dasar yang berada di Tihi-Tihi dengan mengadakan Badak Goes to School. Dalam bidang kesehatan, Badak LNG berkolaborasi dengan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Trisakti untuk melakukan pemeriksaan gigi gratis.
Dalam bidang peningkatan kompetensi warga, Badak LNG juga memfasilitasi program peningkatan keahlian dan pengetahuan seperti pelatihan teknologi e-FAD bersama Institut Pertanian Bogor untuk meningkatkan hasil tangkapan ikan, dan pelatihan budidaya rumput laut berkolaborasi dengan Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Takalar untuk meningkatkan hasil budidaya rumput laut serta memberikan workshop bertajuk Marketing & Business, Financial Management, dan Purchasing untuk meningkatkan core competency para warga mitra binaan di Kampung Tihi-Tihi.
Lebih dari itu, Badak LNG dan warga Tihi-Tihi telah menciptakan sebuah inovasi ramah lingkungan untuk aktivitas mereka. Inovasi tersebut dikenal dengan KAPSURULA atau Kapsul Pelampung Rumput Laut Ramah Lingkungan.
Biasanya, petani rumput laut menggunakan botol plastik sebagai pelampung rumput laut. Penggunaannya pun cukup fantastis, bisa mencapai 500-1000 botol dalam 3-6 bulan.
“Kami gunakan botol plastik bisa mencapai 500 hingga 1000 botol. Akan diganti setiap 3-6 bulan. Kalau rusak, dalam 1 bulan pun perlu diganti,” ujar Muslimin, Ketua RT 17 Kampung Tihi-Tihi.
Melihat hal ini, Badak LNG bersama warga Tihi-Tihi menciptakan Kapsurula yang terbuat dari limbah non B3, polyurethane. Bahan polyurethane bersumber dari limbah Perusahaan. Adapun keunggulan dari kapsurula ini ialah ramah lingkungan dan memiliki ketahanan yang lebih lama ditaksir mencapai hingga 40 tahun. Dengan demikian, warga tidak perlu mengganti kapsul rumput laut setiap 3 bulan dan biaya untuk operasional bertani pun menjadi berkurang.
Dengan adanya Kapsurula, penggunaan botol plastik di lingkungan laut pun dapat ditekan, sehingga potensi dampak mikroplastik di laut juga dapat berkurang. Kelebihan lainnya, Kapsurula diberi cat reflector berwarna agar dapat menjadi navigasi jalur kawasan rumput laut, ini dapat mengurangi konflik sosial di Kampung Tihi-Tihi. Pasalnya, botol plastik yang transparan sering tidak nampak di permukaan menyebabkan kapal yang melintas mengganggu daerah budidaya rumput laut. Hingga saat ini, Kapsurula diproduksi secara mandiri oleh warga Tihi-Tihi dan telah menghasilkan sekitar 1000 Kapsurula.
Selain itu, Manager CSR & Relations Badak LNG Putra Peni Luhur Wibowo, mengatakan kedepan Badak LNG juga berkomitmen akan menjadikan Tihi-Tihi menjadi salah satu objek destinasi wisata di atas air.
“Potensi Tihi-Tihi sangat besar untuk kita kembangkan. Tentu ini tidak hanya melibatkan kami saja, kami juga turut melibatkan stakeholder lain seperti Dinas Pariwisata yang secara kolaboratif akan mewujudkan cita-cita ini,” ungkapnya.