Makassar, Sonora.ID - Lonjakan signifikan harga cabai beberapa hari terakhir menjadi perhatian serius Pj Gubernur Sulsel, Bahtiar Baharuddin. Saat melakukan sidak di Pasar Tradisional Batangase Maros, Selasa kemarin, dirinya cukup kaget setelah mendapati harga cabai rawit mencapai Rp80 ribu hingga Rp90 ribu per kilogram.
Bahtiar menegaskan kondisi tidak bisa dibiarkan. Ia merancang program untuk mencegah inflasi karena cabai. Salah satunya melakukan penanaman cabai secara massif. Tak tanggung-tanggung, 50 juta bibit cabai disiapkan untuk program tersebut. Nantinya, Setiap Kepala Keluarga (KK) diberikan sepuluh pohon cabai untuk ditanam di pekarangan rumah masing-masing.
"Kita harus membuat program agak ekstrim untuk menghentikan inflasi karena cabai. Jadi tidak bisa biasa-biasa lagi. Masa masalah ini kita tidak bisa atasi, tiap Minggu kita rapat, cabai lagi cabai lagi, memalukan. Kita pemerintah jangan mau kalah sama cabai," ujar Bahtiar kepada awak media di Makassar, Rabu (22/11/2023).
Ia pun meminta seluruh Kepala Daerah di Sulsel serta Forkopimda melakukan gerakan agresif tanam cabai. Menurutnya, kenaikan harga cabai disebabkan gap yang tidak seimbang antara permintaan dengan ketersediaan. Sebagai contoh, Wajo sebagai salah satu sentra penghasil cabai di Sulsel kerap mengirim cabainya ke luar kota, tapi untuk kebutuhan sendiri masih kurang.
Baca Juga: Harga Cabai dan Gula Pasir Naik Signifikan di Sulsel
"Jakarta itu beli cabainya di Wajo, sementara untuk lokalnya sendiri tidak tersedia. Nah cabai ini komoditi yang unik ya, daya tahannya kalu sudah dipanen tidak terlalu lama, makanya harus setiap rumah punya stok cabe atau pohonnya," ucapnya.
Lebih lanjut, Bahtiar akan memanggil Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan (DTPH-Bun) untuk segera memproduksi bibit cabai dalam skala massal pada 2024 mendatang. Bahkan, ia meminta setiap daerah mengalokasikan APBD nya sebesar Rp200 juta hingga Rp500 juta untuk pengadaan bibit cabai. Selanjutnya pemantauan akan dilakukan untuk memastikan setiap rumah punya pohon cabai.
"Kalau cuma himbauan tidak cukup. Harus kami sendiri yang produksi, 50 juta bibit sudah cukup. Saya kira hal-hal seperti ini sudah tidak bisa kita atasi dengan cara biasa," tegasnya.
Baca Juga: Serangan Siber Ancam Stabilitas Pemilu dan Pilkada Serentak 2024