Masalah menjadi penuh drama dan komedi, ketika ketiga anaknya berkumpul pulang ke rumah.
Ketiganya membawa masalah terkait identitas diri dan balas dendam kekalahan ayahnya.
Lucunya, anak-anak ini malah menemukan misteri cinta ibu mereka yang ingin menikah lagi.
Semua terjadi di tengah riuh dan panasnya suasana menjelang Pilkades di desa yang dipimpin sosok lurah ganteng, Janji Upaya (Ibnu Jamil).
Sosok lurah teladan, dengan status duda yang melahirkan beragam gosip pribadi bercampur gosip politik yang jenaka dan penuh drama.
Baca Juga: APBN Sehat, KPU Surakarta BIMTEK bersama Penyuluh Pajak KPP Surakarta
Garin Nugroho selaku sutradara film Kejarlah Janji juga menambahkan, film memiliki kemampuan untuk mempengaruhi opini, sikap, dan perilaku penontonnya.
Dengan menggambarkan situasi, karakter, atau konflik tertentu, film dapat memicu diskusi sosial, perubahan budaya, atau pengaruh politik.
“Civic education menjadi sangat penting di tengah kompleksitas pemilu di era media baru yang riuh rendah. Film ini menjadi medium civic education yang sangat langka. Pendekatan drama komedi menjadi cara untuk mengelola warga pemilih di berbagai wilayah nusantara.
Menurut Bambang Christanto ketua KPU Kota Surakarta , kegiatan sosialisasi melalui pemutaran filem “Kejarlah Janji” merupakan hal yang menarik dan efektif dalam menyampaikan pesan, cerita, dan emosi kepada penonton.
Acara akan di tutup dengan pembagian doorprize dan kuis seputar pemilu bagi penonton yang hadir.
Baca Juga: Pemilu Damai, KPU Kota Surakarta Sosialisasikan Tahapan Pemilu 2024