Makassar, Sonora.ID - Setelah mencanangkan Gerakan Gemar Menanam Pisang (GGMP), Pj Gubernur Sulsel Bahtiar Baharuddin melirik komoditi lain yang bernilai ekonomi. Komoditi itu adalah sukun yang dikenal dengan breadfruit atau buah roti. Disebut demikian karena sukun memiliki tekstur daging yang berserat dan empuk seperti roti. Buah ini sudah menjadi primadona kalangan orang Eropa dan jajahannya sejak abad ke-18.
Mengutip laman hortikultura.pertanian.go.id, buah dengan nama latin Artocarpus altilis ini secara luas dikonsumsi di Kepulauan Pasifik. Buah sukun dapat diolah dengan cara direbus, digoreng, disangrai atau dibakar. Selain itu bisa juga diolah menjadi keripik dengan diiris tipis-tipis lalu digoreng.
Bahtiar mengatakan, sama halnya pisang, sukun tidak boleh dipandang sebelah mata. Selain kaya vitamin, sukun berpotensi menjadi sumber ekonomi baru bagi masyarakat. Selama ini, daerah penghasil sukun di Sulsel yang terkenal adalah Bone. Namun itupun, produksi sukun di wilayah tersebut belum dapat memenuhi tingginya permintaan masyarakat.
"Saya kemarin mau beli sukun di Bone harus indent dulu. Seperti beli mobil. Tapi kalau indent mobil, barangnya pasti ada. Kalau sukun belum tentu ada," ujar Bahtiar kepada awak media usai menanam sukun di Desa Salenrang, Dusun Rammang-Rammang, Kabupaten Maros, Minggu (17/12/2023).
Ia pun mendorong seluruh Bupati dan Wali Kota menganggarkan program menanam sukun di wilayah masing-masing. Minimal 100 ribu pohon sukun setiap daerah. Menurut Bahtiar, dengan harga Rp10 ribu per buah saja, 1 pohon sukun dapat menghasilkan pendapatan jutaan rupiah. "Berarti kalau ada 10 ribu pohon nanti kita tanam, 10 ribu pohon kali 1 juta, ya 10 miliar," sebutnya.
Sejauh ini, kata Bahtiar, gerakan tanam sukun disambut baik oleh Pemerintah Daerah maupun kelompok tani. Seperti Bupati Bantaeng dan Bone yang menyatakan siap menanam 100 ribu pohon di daerahnya. Khusus di Rammang-Rammang, Maros, Bahtiar akan mengalokasikan 10 ribu pohon sukun siap tanam pada tahun depan.
Baca Juga: Pemprov Sulsel Keluarkan Surat Edaran untuk Genjot Realisasi KUR
Bahtiar menyebut, pohon sukun bukan tanaman biasa. Tak hanya bagus untuk penghijauan, kandungan gizi buah sukun menjadikannya salah satu sumber pangan potensial. Menurutnya, olahan sukun yang punya nilai ekspor adalah tepung bebas gluten. Kandungan kalium, zat besi, serta berbagai mineral pada tepung sukun sangat dibutuhkan ibu hamil, serta menjadi makanan khusus bagi anak berkebutuhan khusus khususnya autis.
"Tahun depan kalau buahnya sudah mencapai seratus juta satu kali panen, itu sudah jadi industri. Sekarang 90 persen tepung sukun kita impor. Masa kita tidak bisa buat tepung sukun sendiri. Makanya harus diusahakan juga industrialisasi sukun ini,"terangnya.
Karena itu, Bahtiar menggerakkan para petani hingga kepala desa untuk turun tangan menyukseskan gerakan menanam pohon sukun. Terlebih, Sulsel merupakan salah satu Provinsi yang paling terkenal di Indonesia sebagai produsen sukun.
Tak ingin muluk-muluk, Bahtiar mengaku sedang mengikhtiarkan dalam satu dua tahun ke depan, selain pisang, Sulsel bisa jadi penghasil sukun terbesar di Indonesia, bahkan dunia. "Kita kan bukan sekadar mau juara dunia, tapi kita mau buat masyarakat kita ada produksi," tegas Bahtiar.