Sonora.ID - Sengkuni kini jadii bahasa gaul, sering muncul saat membahas soal politik.
Baru-baru ini kata tersebut trending karena viral di TikTok hingga membuat banyak orang penasaran apa arti di baliknya.
Sengkuni wayang adalah tokoh wayang yang sangat populer di kalangan masyarakat dan wiracarita Mahabhrata adalah Trigantalpati, seorang tokoh elite Astina di pemerintahan Kurawa yang dikenal sebagai Sengkuni .
Sengkuni adalah saudara kandung dari Permaisuri Gandari yang merupakan istri dari Destarata (Raja negara Astina) dan ibu dari Duryudana.
Sosok dan sifat Sengkuni dikenal jahat, suka mengadu domba, dan selalu menghalalkan segala cara dalam mendapatkan keinginannya.
Baca Juga: Megawati: Kalau Cinta Rakyat, Harus Berani Teguh dan Melindungi
Kisah kejahatan politik Sengkuni bermula ketika kakaknya, Dewi Gandari yang dikenal kejam, bengis dan pendendam meminta bantuannya untuk mencari cara supaya anaknya Duryudana (anak sulung dari 100 bersaudara) menjadi raja Astina yang pada masa itu masih dipimpin Pandu Dewanata (adik dari Destarata).
Arti Sengkuni
Sengkuni adalah nama lain dari Trigantalpati, seorang tokoh elite Astina di pemerintahan Kurawa. Sengkuni merupakan saudara kandung dari Permaisuri Gandari, istri Destarata atau Raja negara Astina dan ibu dari Duryudana.
Di dalam dunia pewayangan tokoh Sengkuni ini digambarkan sebagai sosok yang begitu jahat dan lebar mulutnya.
Filosofinya adalah karena ia ahli didalam bersilat lidah. Dengan kefasihannya bertutur kata membuat orang-orang yang bicara dengannya selalu terperdaya oleh manis bibirnya. Banyak sekali kedustaan yang keluar dari mulutnya.
Adapun kisah kejahatan politik Sengkuni berawal saat kakaknya, Dewi Gandari, yang juga dikenal kejam, bengis dan pendendam meminta bantuan Sengkuni untuk mencari cara agar anaknya Duryudana (anak sulung dari 100 bersaudara) menjadi raja di Astina, yang kala itu masih dipimpin oleh Pandu Dewanata (adik Destarata).
Ahli Adu Domba
Pada kisah pewayangan, Pandu Dewanata terlibat dalam sebuah perang melawan muridnya sendiri yaitu Prabu Tremboko dan berakhir pada kematian tragis keduanya.
Tragedi berdarah tersebut terjadi akibat politik adu domba yang dilontarkan Sengkuni untuk merebut kekuasaan dari Pandu.
Destarata selanjutnya menjadi raja ad-interim (sementara) setelah kematian dari Pandu hingga Pandawa (anak-anak Pandu yang akan mewarisi tahta dari kerajaan Astina) tumbuh dewasa.
Baca Juga: Apa Arti All In? Sering Digunakan saat Mendukung Pasangan Capres
Namun tak berhenti di situ, Sengkuni gencar melancarkan aksi politiknya dengan mempengaruhi Destarata untuk mau menyerahkan kekuasaannya sementara waktu, kepada sang anak sulungnya Duryudana yang juga keponakan dari Sengkuni.
Karena rayuan Sengkuni ini, akhirnya Destarata menyerahkan kekuasaannya itu kepada putra sulungnya, Duryudana. Namun hanya untuk sementara waktu saja sampai para pandawa sudah beranjak dewasa dan cukup usia untuk bisa memimpin Astina.
Pemantik Perang Saudara Pandawa-Kurawa
Kendati begitu, tak ada kata sementara bagi Sengkuni. Ia masih melancarkan tindak kejahatan, menyusun berbagai rencana licik, dan menghalalkan segala cara untuk bisa melenyapkan para Pandawa agar keponakannya itu bisa memimpin di Astina.
Hal ini kemudian menjadi cikal bakal terjadinya perang saudara antara Pandawa dan Kurawa yang selama ini dikenal dengan bharatayudha (Sansekerta adalah perang keturunan Bharata).
Kematian Tragis
Sama seperti rumus alam yang mengatakan bahwa segala hal yang ada di dunia memiliki batas waktu, kejahatan, Sengkuni pun tak bisa selamanya. Ia pada akhirnya tewas di tangan Werkudara (Bima, putra kedua dari Pandawa) di bharatayudha yang dia ciptakan sendiri.
Di detik-detik terakhir kematiannya itu, Sengkuni memilih untuk tetap konsisten dengan karakternya yang begitu jahat, gemar melakukan adu domba, licik,dan haus akan kekuasaan. Ia bahkan sama sekali tidak pernah menyesali apa yang selama ini telah ia perbuat.