Karya: Pidi Baiq
Kisah yang akan saya bagikan ini dimulai dari masa remaja saya, yakni 24 tahun silam. Ini bukanlah suatu kisah yang luar biasa, namun merupakan kisah nyata tentang saya. Kisah yang saya alami secara langsung bersama seorang laki-laki bernama Dilan.
Itu adalah waktu dan kenangan saat-saat manis dan pahit dari masa lalu kami berdua. Dan sebetulnya, kisah ini juga tentang bagaimana saya menemukan diri saya sendiri.
Kala itu, saya masih berusia 17 tahun. Saya merupakan seorang anak SMA biasa yang tidak pernah menjadi bagian dari kepengurusan OSIS. Sementara, Dilan sudah kuliah di salah satu perguruan tinggi yang ada di Bandung.
Dia memiliki sepeda motor CB dan selalu mengenakan jaket US Army atau jaket jeans dengan bendera Amerika Serikat yang dipasang terbalik di bahunya. Entah apa maksudnya, saya tidak mengerti. Sama seperti saya tidak mengerti apa-apa tentang dia.
Seluruh penampilannya memancarkan diri sebagai seorang lelaki berandalan yang sudah bertahun-tahun tidak praktik. Dan kabarnya, dilan adalah mantan panglima tempur geng motor.
Itu fakta. Kelak, saya tahu dia punya luka tusukan di tangan kirinya sebagai akibat perkelahian yang dia lakukan di masa SMA.
Dia juga memiliki bekas luka tusukan pada bagian perutnya yang telah menyebabkan dia koma pada suatu hari di masa lalu.
Saya mulai bertemu dengannya di pertengahan tahun 1995, di mana awalnya saya berpikir, dia sama sekali bukan tipe laki-laki yang membuat saya tertarik.
Maksud saya, dia tidak jelek-jelek amat, tapi gadis manis dalam diri saya tidak menyukai cara dia memperlakukan saya.