Peningkatan pengeluaran untuk teknologi ramah lingkungan, seperti bebas karbon pun bisa memicu kenaikan harga bahan-bahan yang strategis untuk infrastruktur.
Adapun intensifikasi peraturan lingkungan hidup kerap membatasi investasi pada proyek pertambangan yang berpolusi tinggi. Kondisi tersebut berimbas pada terbatasnya pasokan bahan baku, sehingga mengakibatkan kenaikan harga.
Contoh dari Greenflation yaitu pada peristiwa gerakan protes Rompi Kuning di Perancis pada 2018 lalu.
Gerakan ini dipicu oleh kenaikan harga bahan bakar yang disebabkan oleh pajak karbon yang membantu menjaga lingkungan hidup.
Dari segi logam strategis, harga litium yang digunakan untuk membuat baterai mobil listrik meningkat sebesar 400 persen pada 2021.
Tren ini diperkirakan akan terus berlanjut, sementara permintaan litium diperkirakan akan meningkat sebanyak 40 kali lipat pada 2040.
Hal ini berlaku untuk aluminium, yang digunakan untuk menghasilkan energi surya dan angin, dengan harga naik dua kali lipat antara 2021 dan 2022.
Kondisi tersebut diperkirakan akan bertahan lama lantaran China yang memproduksi 60 persen dari seluruh aluminium, telah memutuskan untuk membatasi produksi pabrik baru yang berpolusi tinggi, untuk mencapai netralitas karbon.
Baca Juga: Arti Roaching dalam Hubungan Percintaan, Lebih Parah dari Backburner!
Arti Greenflation inilah yang dinilai perlu digarisbawahi.
Sebab, muncul kekhawatiran jangka pendek akan terjadinya Greenflation.
Sebagaimana diungkap oleh anggota lembaga nirlaba yang berbasis di India, Dewan Energi, Lingkungan, dan Air (CEEW) Vaibhav Chaturvedi.
Menurutnya, harga logam seperti timah, aluminium, tembaga, serta nikel-kobalt telah meningkat hingga 91 persen pada 2021.
Logam-logam tersebut kerap digunakan dalam teknologi yang merupakan bagian dari transisi energi.
Chaturvedi berpandangan bahwa penurunan biaya pendanaan proyek-proyek energi terbarukan dapat menjadi pengaruh yang besar untuk melawan kenaikan biaya-biaya mendasar.
Di sisi lain, Wakil Direktur jenderal Badan Energi Terbarukan Internasional (IRENA) Gauri Singh berpendapat, meski terjadi gangguan inflasi dan rantai pasokan, penurunan biaya pendanaan membantu menghasilkan rekor energi sebesar 260 gigawatt dari sumber terbarukan pada 2020.
"Anda tidak akan mendapatkan uang murah untuk hal-hal yang berisiko terhadap iklim, sedangkan untuk energi terbarukan, pasarnya melemah," kata Singh.
Nah itu tadi arti Greenflation yang sedang banyak dicari tahu usai debat Cawapres tadi malam.
Baca berita update lainnya dari Sonora.id di Google News