Sekretaris Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek), Fitra Arda mengatakan, secara konseptual, rivitalisasi KCBN Muara Jambi akan dilakukan secara sendiri tanpa berkiblat pada proses revitalisasi cagar budaya yang sudah ada selama ini seperti misalnya revitalisasi Candi Borobudur.
Menurut Fitra, proses pelibatan masyarakat yang akan akan membedakan dalam proses ini.
“Proses revitalisasi KCBN Muara Jambi ini ke depan kita harapkan masyarakat tetap menjadi subyek pelaku. Selain tentunya, kita akan tetap memperhatikan kelestarian alam sekitar agar tetap mempertahankan suasana pedesaannya,” ujar Fitra dalam diskusi dengan Forum Wartawan Pendidikan (Fortadik) di area KCB Provinsi Jambi, Sabtu (3/2/2024).
Fitra kemudian mencontohkan, salah satu upaya pelibatan masyarakat sekitar dalam revitalisasi KCBN Muara Jambi adalah terkait rencana pengiriman tokoh masyarakat sekitar KCBN Muara Jambi untuk melakukan studi banding ke Vietnam.
Diketahui Vietnam menjadi salah satu negara yang sukses mengembangkan kawasan cagar budaya dengan tetap mempertahkan kearifan lokal dan juga kelestarian alam.
“Nanti kita akan mengirim sejumlah warga sini untuk belajar ke Vietnam. Karena secara geografis kondisi KCBN Muara Jambi ada kanal-kanal dan juga pedagang yang kondisinya mirip dengan salah satu cagar budaya di Vietnam. Harapannya, dengan melihat langsung ke Vietnam, mereka bisa melihat sendiri mengenai bagaimana tata kelola sebuah cagar budaya yang sekitar di sekitar kanal dan pedagang seperti di KCBN Muara Jambi,” ungkap Fitra
Di kesempatan yang sama, Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) wilayah V Provinsi Jambi dan Kepulauan Bangka Belitung, Agus Widiatmoko mengakui pihaknya akan mengirimkan sejumlah tokoh masyarakat sekitar KCBN Muara Jambi ke Vietnam untuk studi banding dan belajar mengenai tata kelola kawasan Cagar Budaya khususnya kawasan sekitar sungai.
“Di kawasan KCBN Muara Jambi ini ada 8 desa yang semuanya ada di sekitar Sungai Batanghari. Kenapa kita bawa ke Vietnam? Karena di Vietnam itu ada satu cagar budaya di sekitar Sungai Mekhong dan di sana saat ini menjadi destinasi cagar budaya yang luar biasa. Bukan dari aspek pariwisatanya tetapi dari sisi nilai-nilai tradisional atau kearifian lokalnya yang diangkat dan memberi manfaat ekonomi kepada masyarakat sekitar,” ujar Agus.
Harapannya mereka yang berkunjung ke Vietnam bisa melihat sendiri ternyata dengan kondisi alam dan geografis yang mirip, konsep penataan cagar budaya di Vietnam bisa diadopsi ke sini.
“Tidak harus meniru di sana, tetapi paling tidak ada wawasan baru bagi masyarakat,” ujarnya
Agus menambahkan pihaknya telah menyiapkan anggaran sekitar Rp600 miliar untuk mendukung upaya pengembangan KCBN Muaro Jambi, yang digunakan untuk pembangunan museum dan fasilitas pendidikan di atas lahan seluas 25 hektare, pemugaran beberapa candi dan penataan lingkungan, serta pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) bagi masyarakat setempat.
Diberitakan sebelumnya, keseriusan untuk merevitalisasi KCBN Muaro Jambi mendapat status warisan budaya nasional dilakukan melalui penetapan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No: 259/M/2013 dengan luas kawasan 3.981 hektar. Hal ini terlihat dari kunjungan jajaran teras Kemendikbudristek ke KCBN Muaro Jambi untuk persiapan revitalisasi (9/1/2024).
Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek, Hilmar Farid, mengatakan KCBN Muaro Jambi tidak hanya untuk melestarikan cagar budaya, tetapi juga keanekaragaman hayati di daerah tersebut.
"Oleh sebab itu, penataan KCBN Muaro Jambi menerapkan konsep harmonisasi dengan ekosistem alam sekitarnya," ujar Hilmar dalam siaran pers yang diterima Sonora
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Kemendikbudristek, Suharti, menjelaskan bahwa revitalisasi juga akan mengoptimalkan program Merdeka Belajar melalui pembangunan fasilitas riset dan studi yang disebut Kampus Merdeka.
Kampus Merdeka akan dibangun di atas lahan seluas 30 hektar yang di sekitarnya tidak terdapat struktur bangunan candi. Kampus ini bukan berupa gedung permanen, melainkan semacam rumah panggung dari kayu.
“Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka harus dilaksanakan secara optimal di KCBN Muaro Jambi mengingat Muaro Jambi telah menjadi pusat pendidikan sejak abad ke-8,” terang Suharti.
Suharti juga menyampaikan, pengembangan KCBN Muaro Jambi membutuhkan kerja sama dari semua pihak, baik pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan juga masyarakat.
“Tidak hanya untuk melindunginya, tetapi juga untuk memastikan pengembangan kawasan ini memberikan manfaat maksimal untuk masyarakat Jambi, Indonesia, dan dunia,” tegasnya.