Sonora.ID – Khutbah Jumat tentang Pemilu 2024 sangat cocok untuk dibawakan mengingat bangsa Indonesia baru saja melangsungkan Pemilu 2024.
Khutbah Jumat tentang Pemilu ini mengajak para jamaah khususnya, dan semua elemen bangsa Indonesia pada umumnya, untuk ridha dalam menerima hasil Pemilu yang dilaksanakan pada 14 Februari 2024 kemarin.
Serta mendoakan agar siapapun yang terpilih dari para kandidat yang berkompetisi merupakan yang terbaik bagi bangsa Indonesia.
Berikut 3 khutbah Jumat tentang Pemilu 2024, berisi pesan perdamaian dan persaudaraan yang bisa dijadikan inspirasi.
Baca Juga: 2 Khutbah Jumat tentang Akhlak Generasi Muda, Ajakan Introspeksi Diri!
1. Khutbah Jumat tentang Pemilu
Melewati Dinamika Pemilu, Mari Menyatu Kembali
اَلْحَمْدُ لِلهِ الَّذِي بِيَدِهِ الْمُلْكُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ، يُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ يَشَاءُ وَيَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ يَشَاءُ وَيُعِزُّ مَنْ يَشَاءُ وَيُذِلُّ مَنْ يَشَاءُ بِيَدِهِ الْخَيْرُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةً عَصَمَ اللهُ قَائِلِيهَا دِمَاءَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ إِلَّا بِحَقِّ الإِسْلَامِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، أَرْسَلَهُ اللهُ بِالْهُدَى رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ، اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَبَارِكْ وَسَلِّمْ عَلَيْهِ فِي الأَوَّلِيْنَ وَالأخِرِيْنَ وَفِي كُلِّ حِيْنٍ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
أَمَّا بَعْدُ فَيَا عِبَادَ اللهِ فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ، قال الله عز وجل: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَمَن يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
Hadirin jamaah shalat Jumat rahimakumullah
Melalui mimbar ini, Alfaqir mengajak kepada hadirin semua, juga kepada diri sendiri agar senantiasa meningkatkan takwa kepada Allah swt, di manapun kita berada, dengan cara berusaha maksimal menjalankan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya.
Insyaallah jika komitmen dan istikamah dengan takwa, kita akan selamat di kehidupan dunia sampai akhirat, dan akan mendapat kemuliaan di sisi Allah swt.
Hadirin jamaah shalat Jumat rahimakumullah
Kita sudah melewati berbagai tahapan pemilihan umum (Pemilu) di tahun ini. Yang terakhir, kita sudah berpartisipasi aktif dengan menggunakan hak pilih kita kepada calon presiden dan wakil presiden, DPR RI, DPRD provinsi, DPRD kabupaten/kota, dan DPD.
Harapannya, lahir pemimpin bangsa dan legislator yang benar-benar amanah, mengayomi rakyatnya, dan menebar kecintaan kepada semua warga Indonesia.
Pilihan kita tentu tidak bisa seragam. Inilah demokrasi kita yang memberikan kepada semua warga Indonesia kebebasan yang mutlak dalam memilih calon pemimpin. Kita tidak bisa dipaksa pihak lain untuk memilih calon-calon tertentu.
Demokrasi mengajak kita untuk memilih calon pemimpin, calon legislatif sesuai hati nurani dan preferensi yang didasarkan pada program yang ditawarkan, rekam jejak, integritas, dan lain sebagainya.
Hadirin jamaah shalat Jumat rahimakumullah
Berbagai dinamika di tahun politik sudah kita saksikan bersama, dan alhamdulillah dapat kita lalui. Rakyat Indonesia sudah menunaikan hak pilihnya masing-masing.
Para simpatisan, pendukung, tim sukses sudah bekerja maksimal. Kini saatnya berdoa dan bertawakal kepada Allah swt. Apapun hasilnya, bila semua tahapan dilalui dengan baik dan sesuai aturan yang berlaku, kita harus terima.
Di sinilah sikap kedewasaan kita kemudian diuji, kita harus legowo bila calon yang kita pilih belum ditakdirkan menjadi pemimpin saat ini. Kita juga harus ikhlas dan menjauhi sikap-sikap yang tak pantas.
Saatnya kita menyatu kembali. Dalam konteks kebangsaan, kita adalah satu dan menyatu dalam satu negara, yaitu Indonesia. Kepentingan kita adalah menjaga negeri ini tetap utuh.
Dan keutuhan tersebut dapat diwujudkan oleh rakyatnya yang selalu mencintai persatuan, mencintai perdamaian, dan mencintai persaudaraan. Terkait pentingnya persatuan ini, Allah swt telah berfirman dalam Al-Qur'an:
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا
Artinya, “Dan berpegangteguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliyah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara.” (QS Ali ‘Imran [3]: 103).
Imam Fakhruddin ar-Razi dalam kitab Tafsir Mafatih al-Ghaib menyatakan para ulama ahli tafsir memiliki pandangan yang berbeda-beda perihal maksud dari hablillah (agama Allah).
Pertama, memiliki arti taat atas segala perintah dan menjauhi larangan. Kedua, ada yang mengartikan dengan bertaubat kepada Allah.
Ketiga, ulama manafsirkan perihal spirit persatuan antarumat, dan pendapat yang terakhir itu merupakan pandangan yang paling kuat dari penafsiran lainnya.
Dengan demikian, membangun dan mempertahankan persatuan merupakan kewajiban kita semua yang tidak boleh dilalaikan.
Semua media atau perantara penting yang bisa menjadi pendukung terciptanya persatuan harus kita lakukan.
Salah satunya adalah dengan menumbuhkan sifat saling menghargai, mengakui keragaman, dan tidak saling menyalahkan antar yang satu dengan yang lainnya, meskipun kita beda pilihan politiknya.
Jamaah shalat Jumat rahimakumullah
Persatuan sangat memiliki dampak positif di antara kita semua. Dengan persatuan itu, kita tidak lagi mempermasalahkan kecenderungan pilihan politik yang berbeda.
Kita diingatkan bahwa kita semua memiliki kepentingan yang lebih besar, yakni persoalan kebangsaan dan negara Indonesia yang kita cintai ini agar tetap tegak berdiri. Indonesia tidak boleh rusak dan pecah hanya gara-gara persoalan politik.
Ikhtiar agar selalu merajut persatuan juga diajarkan Rasulullah saw. Nabi Muhammad adalah sosok yang sangat berjuang untuk menciptakan persatuan sejak masa awal kenabiannya.
Beliau tidak henti-hentinya mengajak para sahabat untuk terus bersatu menghindari perpecahan di saat khutbah.
Dan, salah satu buktinya adalah keberhasilan nabi dalam mempersatukan dua sahabat, yaitu sahabat Anshor dan Muhajir, hingga tercipta sahabat yang solid dan saling bahu membahu antar keduanya.
Teladan Rasulullah dalam mengajak untuk bersatu ini terus dilanjutkan oleh para sahabat setelah ia wafat. Para sahabat selalu berupaya untuk terus mempertahankan persatuan yang telah diwariskan oleh baginda nabi.
Di antara contohnya adalah sebagaimana yang dilakukan oleh sahabat Abdullah bin Mas’ud sebagaimana diceritakan dalam kitab al-Mu’jam al-Kabir, bahwa dalam suatu kesempatan, ia berkhutbah di hadapan para sahabat yang lainnya untuk terus memperjuangkan persatuan dan kesatuan. Ia mengatakan:
خَطَبَنَا عَبْدُ الله يَوْمًا خُطْبَةً لَمْ يَخْطُبْنَا مِثْلَهَا قَبْلَهَا وَلَا بَعْدَهَا، قَالَ: أَيُّهَا النَّاسُ أتَّقُوْا اللهَ وَعَلَيْكُمْ بِالطَّاعَةِ وَالْجَمَاعَةِ، فَإِنَّهَا حَبْلُ اللهِ الَّذِي أَمَرَ بِهِ وَإِنَّ مَا تَكْرَهُوْنَ فِي الطَّاعَةِ وَالْجَمَاعَةِ خَيْرٌ مِمَّا تُحِبُّوْنَ فِي الْفُرْقَةِ
Artinya, “Abdullah bin Mas’ud telah berkhutbah kepada kami di suatu hari, dengan khutbah yang tidak pernah disampaikan sebelumnya atau sesudahnya. Ia berkata: Wahai manusia! Bertakwalah kalian semua kepada Allah, dan berpegangteguhlah dengan ketaatan dan persatuan, karena persatuan itu adalah tali Allah yang telah Dia perintahkan. Sungguh, apa yang dibenci dalam ketaatan dan persatuan, lebih baik dari apa yang disenangi dalam perpecahan.”
Jamaah shalat Jumat rahimakumullah
Allah swt juga telah melarang kita melakukan tindakan-tindakan dan semua ucapan yang merusak persatuan.
Semua itu harus kita hindari. Bahkan, Allah swt mengancam dengan azab yang sangat berat kepada orang-orang yang merusak persatuan ini, sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur’an:
وَلا تَكُونُوا كَالَّذِينَ تَفَرَّقُوا وَاخْتَلَفُوا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْبَيِّنَاتُ وَأُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ
Artinya, “Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang bercerai berai dan berselisih setelah sampai kepada mereka keterangan yang jelas. Dan mereka itulah orang-orang yang mendapat azab yang berat.” (QS Ali ‘Imran [3]: 105).
Jamaah shalat Jumat rahimakumullah
Demikian khutbah Jumat ini. Semoga bermanfaat. Terakhir, Alfaqir kembali mengajak kepada semuanya, mari kembali rajut persatuan dan persaudaraan kita. Hiruk-pikuk Tahun politik sudah kita lewati. Saatnya kita bersatu lagi.
أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ. بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ هَذَا الْيَوْمِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَاِيَاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الصَّلَاةِ وَالصَّدَقَةِ وَتِلَاوَةِ الْقُرْاَنِ وَجَمِيْعِ الطَّاعَاتِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ جَمِيْعَ أَعْمَالِنَا إِنَّهُ هُوَ الْحَكِيْمُ الْعَلِيْمُ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ
2. Khutbah Jumat tentang Pemilu
Ridha Menerima Hasil Pemilu
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. أَمَّا بَعْـدُ. فَإِنِّيْ أُوْصِيْ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ : مَا أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ فِي الأَرْضِ وَلاَ فِي أَنفُسِكُمْ إِلاَّ فِي كِتَابٍ مِّن قَبْلِ أَن نَّبْرَأَهَا إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِير. لِكَيْلاَ تَأْسَوْا عَلَى مَا فَاتَكُمْ وَلاَ تَفْرَحُوا بِمَا آتَاكُمْ وَاللَّهُ لاَ يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُور. وقال أيضا: وَعَسَى أَن تَكْرَهُواْ شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ وَعَسَى أَن تُحِبُّواْ شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ .كَمَا أُوْصِيْ بِطَاعَةِ رَسُوْلِهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْقَائِلِ: اِتَّقِ اللَّهَ حَيْثُمَا كُنْتَ وأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحسنةَ تَمْحُهَا، وخَالقِ النَّاسَ بخُلُقٍ حَسَنٍ.
Maasyiral muslimin rakhimakumullah,
Dengan didasari rasa syukur yang kita buka dengan memperbanyak kalimat Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, serta dengan shalawat kepada baginda Rasulullah, kami mengingatkan diri kami pribadi sekaligus mengajak segenap jamaah kaum Muslimin seluruhnya untuk meningkatkan komitmen kita dalam bertakwa kepada Allah.
Kita tingkatkan terus komitmen kita untuk taat menjalankan perintah Allah dan Rasul-Nya serta menjauhi segenap laranganNya. Ketakwaan yang kita bangun secara personal selama ini, mari kita tingkatkan juga menjadi ketakwaan nasional.
Mari kita selalu bertakwa bersama-sama ikhlas dalam berikhtiar memilih pemimpin negeri kita tercinta ini dan ridha menerima hasilnya.
Maasyiral muslimin rakhimakumullah, Pada kesempatan yang penuh barokah ini, dengan penuh syukur di hadapan-Nya mari kita sejenak memahami dan merenungkan pesan ketakwaan yang tercermin dalam ayat al-Qur'an, hadits Nabi dan petuah para ulama yang relevan dengan bangsa kita yang sedang menjalani masa penting, pemilihan umum tahun 2024 ini.
Rabu, 14 Februari 2024 adalah hari penting bagi kita untuk menentukan takdir negeri kita selama minimal lima tahun ke depan.
Momen ini di samping menjadi hajatan negara yang sangat penting untuk menentukan para pemimpin di negeri ini juga tentunya menjadi momen berharga untuk mengevaluasi dan meningkatkan terus keimanan dan ketakwaan kita.
Ini karena iman dan takwa adalah modal dasar, bekal terbaik, dan jalan hidup dan jalan berpikir yang harus selalu kita bawa dalam hal apapun.
Tidur saja, kita harus membawa iman. Buang air kecil dan besar pun kita harus membawa iman dan takwa.
Apalagi dalam bernegara, memilih pemimpin utama negeri tercinta, iman dan takwa tentu harus menjadi bekal utama kita.
Siapapun pilihan kita, landasan iman dan takwa adalah mutlak harus diperlukan supaya usaha kita menjadi usaha yang ikhlas dan kita pun dapat ridha dengan apapun hasil pemilu kita ini.
Dengan demikian pun Allah akan ridha terhadap kita, terhadap pemimpin kita, dan terhadap negeri kita. Itulah kunci awal keberkahan suatu negeri.
Maasyiral muslimin rakhimakumullah, Allah berfirman dalam Al-Qur'an surat al-Hadid, ayat 22-23:
مَا أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ فِي الأَرْضِ وَلاَ فِي أَنفُسِكُمْ إِلاَّ فِي كِتَابٍ مِّن قَبْلِ أَن نَّبْرَأَهَا إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِير
Artinya: “Setiap musibah yang menimpa di bumi dan yang menimpa dalam dirimu sendiri, semuanya telah tertulis di dalam kitab (Lauhul Mahfuz) sebelum kami mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah.”
Musibah adalah segala sesuatu yang menimpa, baik ataupun buruk. Apapun yang terjadi di muka bumi ini maupun pada diri kita sendiri adalah tidak lepas dari suratan takdir Allah. Pemilu kita ini pun demikian.
Allah telah memiliki suratan takdir untuk kita. Allah menguji kita apakah kita ikhlas dalam menjalani takdir kita. Apakah kita ridha dalam menerima hasil usaha kita dalam menjalani takdir itu.
Bagi Allah, memenangkan siapapun adalah hal yang sangat mudah. Kita boleh saja telah secara tulus dan ikhlas memperjuangkan kemenangan calon pemimpin kita.
Tapi kita juga harus ridha terhadap hasilnya. Jangan sampai kita justru terkena musibah buruk karena tidak ridha pada ketetapan Allah.
لِكَيْلاَ تَأْسَوْا عَلَى مَا فَاتَكُمْ وَلاَ تَفْرَحُوا بِمَا آتَاكُمْ وَاللَّهُ لاَ يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُور
Artinya: “Supaya kalian tidak bersedih hati terhadap apa yang luput dari kalian, dan tidak pula terlalu gembira terhadap apa yang Allah berikan kepada kalian. Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong dan membanggakan diri.” (QS Al-Hadid: 23)
Baca Juga: Teks Khutbah Jumat Terbaru: 3 Amalan Agar Mendapatkan Rumah di Surga
Dalam konteks pemilu ini, pesan Allah dalam ayat ini harus benar-benar kita pegang teguh. Kita harus meyakini bahwa semua proses pemilu kita dengan segenap dinamikanya itu adalah sejalan dengan takdir Allah.
Kita harus berjuang keras menjaga pemilu kita berlangsung secara Luber (Langsung, Umum, Bebas, dan Rahasia), serta secara Jurdil (jujur dan adil).
Tetapi, kita juga harus sadar, bahwa takdir Allah itu bukan tentang diri kita sendiri saja, melainkan takdir Allah juga ada pada orang-orang lain.
Berdasarkan data KPU, bahwa DPT Pemilu tahun 2024 ini sebanyak 204.807.222 pemilih. Ini artinya takdir Allah itu berlaku kepada dua ratusan juta orang yang memilih.
Jadi, kita juga harus ridha jika ternyata takdir yang kita terima terasa tidak menyenangkan karena jagoan kita kalah.
Begitu pula ketika takdir Allah itu terasa menyenangkan kita karena jagoan kita menang, maka kita pun tidak boleh terlalu berbangga dan terlalu gembira.
Secara psiko-spiritual, kondisi bersedih hati (al-ya’su) maupun terlalu gembira (al-farh) bisa berdampak buruk pada diri kita. Terlalu bersedih hati bisa mengakibatkan sakit, stres dan depresi.
Terlalu gembira pun demikian, di samping berakibat tidak sehat secara mental juga bisa berakibat buruk pada perilaku, menjadi sombong hingga lupa nikmat Allah. Akhirnya justru berakibat kufur, fatal bagi keimanan dan ketakwaan kita.
Na’udzu billahi min dzalik. Oleh karena itu, Allah tidak menyukai dua kondisi itu. Allah pun telah mengingatkan kita bahwa kita harus meyakini dan menjalani semua proses itu dengan keyakinan pada takdir.
Maasyiral muslimin rakhimakumullah, Dalam rangka melatih diri berprasangka baik kepada Allah dan ridha terhadap keputusan Allah dalam pemilu 2024 ini, Allah juga mengingatkan kita dalam QS. Al-Baqarah: 216:
وَعَسٰٓى اَنْ تَكْرَهُوْا شَيْـًٔا وَّهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۚ وَعَسٰٓى اَنْ تُحِبُّوْا شَيْـًٔا وَّهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ ۗ وَاللّٰهُ يَعْلَمُ وَاَنْتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ ࣖ
Artinya: “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu baik bagimu dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu buruk bagimu. Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui."
Kita boleh saja senang dengan takdir jika memang pilihan kita yang menang dan pilihan orang lain kalah.
Tapi ingat, itu belum tentu sepenuhnya baik bagi kita semua. Sebaliknya, kita boleh saja tidak suka karena pilihan kita kalah, dan pilihan orang lain yang menang.
Tapi ingat, itu juga belum tentu buruk untuk negeri kita. Allah sedang mengajari kita, semua perlu kontrol bersama. Jangan gegabah terlalu gembira, juga jangan terlalu kecewa. Fokuslah pada kebaikan untuk semua setelah pemilu.
Kita harus belajar bagaimana kekalahan itu menjadi kebaikan untuk negeri ini, karena itu kontrollah kinerja pemimpin yang terpilih.
Begitu pula kita juga harus belajar bagaimana kemenangan pilihan kita itu menjadi kebaikan untuk semua orang.
Karena itu adillah dalam memimpin dan jagalah amanah Allah dan rakyat Indonesia ini. Semua itu, hanya Allah yang mengetahui.
Kita hanya bisa mengusahakan yang terbaik menurut kita saja. Maasyiral muslimin rakhimakumullah, Terkait bertakwa dalam menerima hasil pemilu ini, satu hal yang harus kita pegang, yaitu ridha pada hasil yang telah Allah tetapkan melalui proses pemilu yang panjang dengan segenap dinamikanya.
Dulu, saat menyiapkan pemilu, kita diwajibkan untuk ikhlas. Kerja yang ikhlas akan mudah menghasilkan keridhaan atas hasil kinerja.
Itulah salah satu substansi dari ayat-ayat yang telah kita pelajari tadi. Selanjutnya, Rasulullah saw juga memberikan panduan praktis supaya kita bisa ridha, termasuk ridha menerima hasil pemilu 2024 ini.
Beliau mengingatkan dalam hadits yang artinya: “Jagalah Allah, niscaya Dia akan menjagamu, jagalah Allah niscaya engkau akan mendapati-Nya di hadapanmu. Apabila kamu meminta sesuatu mintalah kepada Allah, apabila engkau memohon pertolongan maka mintalah kepada Allah.”
Mari kita jaga dan kita pastikan bahwa Allah tetap dalam hati kita. Jangan sampai kita tidak menyadari kehadiran Allah dalam hati kita. Jangan sampai kita lupa akan takdir Allah.
Selanjutnya, setelah pemilu ini, tugas kita adalah memohon kepada Allah. Kita berharap hanya kepada Allah supaya kebaikan senantiasa menyertai negeri kita, entah kita suka atau tidak suka terhadap hasil pemilu ini.
Hari ini, tinta pemilu sudah kering. Kertas suara sudah tercoblos. Sekalipun kita sedunia ini hendak mengubah hasilnya, jika Allah tidak berkehendak, maka tidak akan ada hasilnya. Manfaat maupun bahaya yang timbul setelah ini tidak perlu lagi dikait-kaitkan dengan pemilu.
Melainkan keduanya bergantung kepada sikap kita setelah pemilu ini. Jika kita ridha dan mengupayakan yang terbaik serta senantiasa memohon yang terbaik dari Allah, maka kemanfaatan dan kemaslahatanlah yang akan kita terima di negeri ini.
Rasulullah bersabda:
اِحفظِ اللهَ تَجٍدْهُ أَمَامَكَ، تَعَرَّفْ إلى اللهِ في الرَّخاءِ يَعرِفْكَ في الشّدةِ، وَاعْلَم أن مَا أَخطأكَ لَمْ يَكُن لِيُصيبكَ، وَمَا أَصَابَكَ لَمْ يَكُن لِيُخطِئكَ، وَاعْلَمْ أنَّ النَّصْرَ مَعَ الصَّبْرِ، وَأَنَّ الفَرَجَ مَعَ الكَربِ، وَأَنَّ مَعَ العُسرِ يُسراً.
Artinya: "Jagalah Allah niscaya engkau akan mendapati-Nya di hadapanmu, ingatlah Allah dalam keadaan engkau lapang, niscaya Dia akan mengingatmu dalam keadaan engkau sulit. Dan ketahuilah, bahwa segala sesuatu yang Allah tetapkan luput darimu, niscaya tidak akan pernah menimpamu. Dan segala sesuatu yang telah ditetapkan menimpamu, maka tidak akan luput darimu. Ketahuilah, bahwa pertolongan itu bersama kesabaran dan kelapangan itu bersama kesulitan dan bersama kesukaran itu ada kemudahan". (HR. Imam Ahmad, al-Hakim, dan al-Baihaqi).
Ingat, setelah ini, kita masih harus fokus untuk bersabar lima tahun untuk meraih kemenangan sejati, mendapatkan pertolongan Allah. Kebahagiaan kita masih akan tetap selalu diuji dengan kesedihan.
Serta kesulitan-kesulitan akan tetap saja ada, karena ia adalah keniscayaan yang membersamai kemudahan. Jadi, jangan terlalu gembira atau kecewa dengan pemilu ini.
Semoga kita semua dan negeri kita tercinta ini dimudahkan oleh Allah untuk meraih ridha Allah yang selalu disertai dengan memuji Allah dalam menerima hasil pemilu ini.
بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِي اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنْ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم.
3. Khutbah Jumat tentang Pemilu
3 Akhlak Pemimpin Menurut Islam
الْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ اْلمُبِيْن. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَـمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَادِقُ الْوَعْدِ اْلأَمِيْن. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى; يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَاٰمِنُوْا بِرَسُوْلِهٖ يُؤْتِكُمْ كِفْلَيْنِ مِنْ رَّحْمَتِهٖ وَيَجْعَلْ لَّكُمْ نُوْرًا تَمْشُوْنَ بِهٖ وَيَغْفِرْ لَكُمْۗ وَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌۙ
Hadirin jamaah Jumat yang mulia
Pada khutbah kali ini, khatib akan menyampaikan materi khutbah berjudul: 3 Akhlak Pemilih yang Baik dalam Islam.
Hal ini penting untuk disampaikan agar kita bisa menjadi seorang yang bijak dan tepat dalam memilih pemimpin yang akan menjadi sosok penentu kebijakan.
Dalam hal ini, Islam memberikan rambu-rambu dan etika dalam memilih calon pemimpin.
Pasalnya, seorang pemimpin memiliki peran yang sangat besar dalam kehidupan umat dan warga masyarakat. Pemimpin yang baik dan berintegritas akan dapat menjalankan tugasnya dengan baik dan membawa kemaslahatan bagi umat.
Berdasarkan panduan Al-Quran, setidaknya ada 3 akhlak dalam Islam untuk memilih pemimpin. Hal ini dimaksudkan untuk mendidik masyarakat dalam menentukan calon pemimpin ke depan.
Hadirin jamaah Jumat yang mulia
Pertama, menjadi pemilih yang cerdas. Pemilih cerdas adalah pemilih yang memiliki pengetahuan dan pemahaman yang baik tentang calon yang akan dipilihnya.
Pemilih cerdas tidak akan memilih calon hanya berdasarkan emosi atau ajakan orang lain, terlebih ingin memilih karena materi atau politik uang.
Seorang pemilih yang cerdas akan memilih calon berdasarkan pertimbangan yang rasional dan berdasarkan program kerja serta visi misi calon yang tersedia.
Dalam Islam, seorang Muslim seyogianya menjadi seorang yang cerdas dan jujur. Pemilih yang cerdas akan menyadari betapa pentingnya memilih pemimpin yang terbaik.
Pasalnya, bila salah dalam menentukan pilihan, maka pejabat yang terpilih akan mudah korupsi dan menyelewengkan jabatannya.
Dalam Al-Quran Q.S al-A'raf [7] ayat 198, Allah berfirman:
وَتَرٰىهُمْ يَنْظُرُوْنَ اِلَيْكَ وَهُمْ لَا يُبْصِرُوْنَ
Artinya: "Jika kamu menyeru mereka (berhala-berhala) untuk memberi petunjuk, mereka tidak dapat mendengarnya. Kamu mengira mereka memperhatikanmu, padahal mereka tidak melihat."
Menurut ulama tafsir ada tiga kata yang digunakan Al-Quran untuk menunjuk pandangan mata manusia. Pertama, نظر (nazhar), yakni melihat bentuk dan gambaran sesuatu; kedua, بصر (bashar), yakni melihat dengan mengetahui seluk beluk serta perincian yang bersifat indrawi dari apa yang dilihat; dan yang ketiga adalah رأى (ra’â), yakni melihat disertai dengan mengetahui secara mendalam atas hakikat sesuatu.
Ayat di atas, dapat kita simpulkan bahwa Allah SWT menyerukan kepada manusia untuk menjadi orang yang cerdas.
Kecerdasan ini dapat diperoleh dengan cara menggunakan akal pikiran dengan sebaik-baiknya, merenungkan ciptaan Allah SWT, dan belajar dari para ahli.
Demikian juga dalam Al-Qur'an Q.S Yusuf ayat 54, Allah berfirman agar manusia menjadi orang yang jujur dan cerdas.
Pasalnya, kejujuran dan kecerdasan modal dasar manusia untuk hidup di dunia. Jika dua hal itu dipegang, niscaya manusia kelak akan selamat.
وَقَالَ الْمَلِكُ ائْتُوْنِيْ بِهٖٓ اَسْتَخْلِصْهُ لِنَفْسِيْۚ فَلَمَّا كَلَّمَهٗ قَالَ اِنَّكَ الْيَوْمَ لَدَيْنَا مَكِيْنٌ اَمِيْنٌ
Artinya: "Raja berkata, “Bawalah dia (Yusuf) kepadaku agar aku memilih dia (sebagai orang yang dekat) kepadaku.” Ketika dia (raja) telah berbicara kepadanya, dia (raja) berkata, “Sesungguhnya (mulai) hari ini engkau menjadi seorang yang berkedudukan tinggi di lingkungan kami lagi sangat dipercaya.”
Menurut Profesor Quraish Shihab, ayat ini mendahulukan kata حَفِيْظٌ (hafîzh/pemelihara) daripada kata عَلِيْمٌ (‘alîm/amat berpengetahuan).
Ini karena pemeliharaan amanah lebih penting daripada pengetahuan. Seseorang yang memelihara amanah dan tidak berpengetahuan akan terdorong untuk meraih pengetahuan yang belum dimilikinya.
Sebaliknya, seseorang yang berpengetahuan tetapi tidak memiliki amanah, bisa jadi ia menggunakan pengetahuannya untuk mengkhianati amanah.
Hadirin jamaah Jumat yang mulia
Kedua, menghargai pilihan orang lain. Dalam kehidupan bermasyarakat, kita akan bertemu dengan berbagai macam orang dengan latar belakang dan pilihan yang berbeda-beda.
Termasuk dalam kategori pemilihan umum, tak tertutup kemungkinan antara istri dan suami berbeda, begitu juga orang tua dan anaknya. Pun, antara tetangga dengan tetangga lainnya.
Hal ini wajar karena setiap orang memiliki hak untuk memilih apa yang mereka yakini dan inginkan.
Perbedaan pilihan itu wajar, terlebih calon yang akan dipilih pun beragam. Sebagai seorang Muslim, kita diajarkan untuk menghargai pilihan orang lain, meskipun berbeda dengan pilihan kita. Allah berfirman dalam Q.S an-Nahl [16] ayat 93;
وَلَوْ شَاۤءَ اللّٰهُ لَجَعَلَكُمْ اُمَّةً وَّاحِدَةً وَّلٰكِنْ يُّضِلُّ مَنْ يَّشَاۤءُ وَيَهْدِيْ مَنْ يَّشَاۤءُۗ وَلَتُسْـَٔلُنَّ عَمَّا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ
Artinya: "Seandainya Allah berkehendak, niscaya Dia menjadikanmu satu umat (saja). Akan tetapi, Dia menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki (berdasarkan kesiapannya untuk menerima petunjuk). Kamu pasti akan ditanya tentang apa yang kamu kerjakan."
Perbedaan adalah kehendak Allah, tetapi Allah tidak menghendaki perbedaan itu menjadi sumber perpecahan dan konflik.
Allah menghendaki perbedaan itu menjadi sumber kebaikan dan kemajuan bagi umat manusia.
Sejatinya, dengan perbedaan, manusia dapat saling belajar dan bertukar pikiran. Dengan perbedaan, manusia dapat saling melengkapi dan saling menguatkan. Dengan perbedaan, manusia dapat menciptakan hal-hal baru dan bermanfaat bagi umat manusia.
Oleh karena itu, kita harus menyikapi perbedaan dengan bijak dan bijaksana. Kita harus saling menghormati dan menghargai perbedaan. Kita harus saling berlomba-lomba dalam kebajikan, bukan dalam permusuhan.
Hadirin jamaah Jumat yang mulia
Ketiga, menjadi pemilih yang adil dan bersih. Secara sederhana, pemilih yang adil adalah pemilih yang memberikan suaranya sesuai dengan hati nuraninya, tanpa dipengaruhi oleh faktor-faktor yang tidak relevan.
Seorang pemilih yang adil juga tidak melakukan kecurangan dalam pemilihan umum, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Lebih lanjut, pemilih yang adil memiliki peran penting dalam mewujudkan pemilihan umum yang jujur dan adil.
Dengan memberikan suaranya sesuai dengan hati nuraninya dan tanpa melakukan kecurangan, pemilih yang adil dapat membantu memilih pemimpin yang terbaik untuk bangsa dan negara.
Dalam Q.S Al-Maidah [5] ayat 8;
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُوْنُوْا قَوَّامِيْنَ لِلّٰهِ شُهَدَاۤءَ بِالْقِسْطِۖ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَاٰنُ قَوْمٍ عَلٰٓى اَلَّا تَعْدِلُوْا ۗاِعْدِلُوْاۗ هُوَ اَقْرَبُ لِلتَّقْوٰىۖ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌۢ بِمَا تَعْمَلُوْنَ
Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penegak (kebenaran) karena Allah (dan) saksi-saksi (yang bertindak) dengan adil. Janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlakulah adil karena (adil) itu lebih dekat pada takwa. Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan."
Hadirin jamaah Jumat yang mulia
Ulama tafsir mendefinisikan adil dengan penempatan sesuatu pada tempat yang semestinya. Ini mengantar kepada persamaan, walau dalam ukuran kuantitas boleh jadi tidak sama. Di sisi lain, ada juga ulama yang menjelaskan bahwa adil adalah memberikan kepada pemilik hak-haknya melalui jalan yang terdekat.
Terakhir, itulah etika dan rambu-rambu Islam dalam memilih calon pemimpin. Sejatinya, Islam menekankan kita untuk menjadi pemilih yang baik.
Pemilih yang baik adalah pemilih yang memiliki kesadaran politik yang tinggi, mampu menggunakan hak pilihnya secara cermat dan bertanggung jawab, serta berpartisipasi aktif dalam proses demokrasi.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ، فَاعْتَبِرُوْا يَآ أُوْلِى اْلأَلْبَابِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
Baca berita update lainnya dari Sonora.id di Google News
Baca Juga: 3 Khutbah Jumat tentang Akhir Bulan Rajab, Penuh Makna Menyentuh Hati