Solo, Sonora.ID – Kota Solo dijuluki sebagai kandang banteng atau kantong suara PDIP dalam Pemilu 2024 ini.
Meskipun pasangan Capres - Cawapres 03, Ganjar Pranowo - Mahfud MD dari PDIP kalah telak dalam quick count maupun real count sementara KPU RI di Kota Solo.
Karena perbedaan hasil yang sangat jauh, mereka tidak dapat mengungguli pasangan Prabowo Subianto - Gibran Rakabuming Raka.
Pengamat Politik Psikologi UNS Solo, Abdul Hakim mengatakan bahwa hal ini terjadi karena watak politik warga Solo yang sudah terbentuk sejak puluhan tahun tidak dapat berubah seketika.
Dilema yang dialami warga Solo yakni antara mendukung capres yang didukung oleh Presiden Jokowi atau tetap dengan kesetiaan mereka kepada PDIP dengan mendukung pasangan Ganjar – Mahfud.
Baca Juga: Caleg PDIP DPRD Solo Cemas Tak Dilantik, Lantaran Ganjar-Mahfud Kalah
Meskipun dihadapkan dengan dilema, pilihan warga Solo untuk urusan Pileg dipengaruhi kultur politik yang telah terbentuk puluhan tahun.
"Nah yang saya baca dari warga Solo dan sekitarnya kemarin, itu mereka merasa dekat dengan Pak Jokowi dan merasa mendapatkan manfaat dari Pak Jokowi sehingga memilih capresnya yang didukung pak Jokowi," ucap Abdul Hakim. "Tapi di sisi lain untuk Pileg mereka tidak ada perasaan, mereka masih mempertahankan kultur politiknya, jadi masih memilih PDIP," tambahnya.
Dalam kajian yang pernah dilakukannya, Abdul Hakim menegaskan bahwa kultur politik warga Solo dan sekitarnya telah dipengaruhi oleh aliran politik sosialis dan nasionalis.
Sementara tokoh dalam sejarah perjalanan Indonesia kedua kultur itu dicerminkan pada sosok presiden pertama Indonesia, Sukarno. Hal inilah yang menjadi faktor kuat terpilihnya Soekarno dan keturunannya, seperti Puan Maharani dan juga anaknya, Pinka Haprani yang baru memulai karirnya di dunia politik dan langsung terpilih sebagai anggota DPR RI.