Menteri Koperasi dan UKM Republik Indonesia, Teten Masduki. (
)
Yogyakarta, Sonora.ID - Program akselerasi kewirausahaan MIT di Indonesia, MIT REAP, bekerja sama dengan British Embassy Indonesia mengadakan Lokakarya yang bertajuk “Membuka Kesuksesan dan Keberlanjutan: Memberdayakan Usaha Mikro, Kecil Menengah dan Startup dengan Penguasaan Strategi yang Relevan”, Rabu (27/3), di Gedung TILC Sekolah Vokasi UGM.
Tergabung dalam inisiatif tersebut adalah Kemendikbud Ristek, Kemenkop UKM, Paragon Corp, dan Universitas Gadjah Mada.
Menteri Koperasi dan UKM Republik Indonesia, Teten Masduki, mengatakan bahwa untuk memberdayakan UMKM dan startup di Indonesia, pihaknya akan mengusulkan ke Lembaga Otoritas Jasa Keuangan (OJK) agar dibuat segera peraturan perbankan bisa memberikan kredit ke pelaku UMKM tanpa agunan. Sebab, sekitar 59 persen dari total pelaku UMKM tidak terhubung dengan perbankan.
“Peraturan ini tengah dibahas, kita targetkan sebelum akhir tahun ini bisa selesai. Kami sedang pengusulan baru lewat pendekatan kredit scoring sehingga perlu perubahan di peraturan OJK,” kata Teten kepada wartawan.
Menteri Teten menyebutkan hanya 20 persen saja dari pelaku UMKM yang mendapat penyaluran kredit dari perbankan. Berbeda dengan negara Korea yang pembiayaan untuk UMKM sudah mencapai 80 persen. Sementara India dan Cina sudah di atas 60 persen.
“Sudah ada 140 negara menggunakan sistem kredit skor,” ujarnya.
Sementara itu, menurut Rektor Universitas Gadjah Mada Ova Emilia, program penguatan UMKM melalui kerja sama perguruan tinggi dan industri, diakui Rektor mampu memperkuat kapasitas UMKM untuk naik kelas, bisa membantu memfasilitasi UMKM agar mendapat akses pembiayaan, serta mampu mendorong munculnya wirausahawan muda yang nantinya bisa mendorong pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat secara luas.
Pada kesempatan yang sama, Prof Nizam, champion MIT REAP Indonesia yang juga Dirjen Dikti Ristek 2020-2024, MIT REAP didatangkan ke Indonesia untuk membantu pembangunan ekosistem inovasi di Indonesia, karena penguatan UMKM dan startup di Indonesia membutuhkan pendekatan ekosistem.
“MIT REAP ini dimulai di pulau Jawa, tapi nanti akan kami perluas ekosistemnya ke sub-regional lainnya seperti Bali, Sulawesi, Sumatera, dst. Selain pendekatan ekosistem, UMKM dan startup juga harus naik kelas dengan mengadopsi teknologi inovasi. Project Manager MIT REAP, Marina Kusumawardhani, mengatakan salah satu kunci untuk menjadi negara maju bukan dari sisi jumlah pelaku UMKM atau wirausahananya namun kemampuan dalam penguasaan inovasi teknologi. Oleh karena itu, program kolaborasi untuk mendorong ekosistem usaha berbasis inovasi sangat diperlukan.
Direktur Pengembangan Kedutaan Besar Inggris, Amanda McLoughlin, mengatakan pihaknya siap membangun kerjasama UK - Indonesia dalam mendukung ekosistem startup di Indonesia ini dengan beragam perspektif dan keahlian.
“Dengan memanfaatkan keahlian institusi seperti MIT atau Cambridge University, kami dapat memastikan bahwa startup menerima pelatihan dan bimbingan kelas dunia, sehingga menempatkan mereka pada jalur menuju kesuksesan,” ungkapnya.
“Dengan kolaborasi antara akademisi dan industri, kita menjembatani kesenjangan antara teori dan praktik,” jelasnya. Sebab dengan menggabungkan penelitian mutakhir dan penerapan di dunia nyata, dapat memberdayakan wirausahawan untuk menerjemahkan ide-ide mereka menjadi bisnis yang layak yang mendorong kemakmuran ekonomi dan berdampak secara sosial.
“Berwirausaha bukan sekedar pilihan karier, tapi sebuah panggilan. Sebuah panggilan untuk membentuk masa depan, memberikan dampak jangka panjang, dan membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik,” jelasnya.