Sonora.ID - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) bersama dengan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) PT. Prima Energi Bawean (PEB) berhasil menyelesaikan rangkaian kegiatan reaktivasi Lapangan Camar Wilayah Kerja Bawean. Lapangan ini terletak di Utara Laut Jawa Timur, sekitar 90 km dari Surabaya yang telah vakum selama 3 (tiga) tahun.
Dalam keterangan tertulis SKK Migas menyebut, sebagai operator 100% Lapangan Camar di Wilayah Kerja Bawean, PEB yang mendapatkan kontrak PSC Cost Recovery melalui Direct Offer Tender Migas efektif sejak tanggal 15 Desember 2022, dengan komitmen dalam 1 (satu) tahun sudah berproduksi.
PEB berhasil melaksanakan komitmen tersebut dengan melakukan penyelesaian kegiatan reaktivasi CPP (Central Processing Platform) dalam waktu kurang lebih 1 (satu) tahun, yang mencakup pengaktifan fasilitas produksi, pemasangan fasilitas pendukung produksi dan pengurusan izin izin terkait, seperti revisi dokumen Persetujuan Izin Lingkungan termasuk penambahan 4 lokasi sumur pengembangan, Persetujuan PKKPRL (Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang Laut), Penetapan ZKK (Zona Keamanan dan Keselamatan), Penetapan DTT (Daerah Terbatas Terlarang) dan pengurusan izin PLO (Persetujuan Layak Operasi). PEB berkomitmen penuh untuk terus menjalankan operasi proyek ini dengan efisiensi yang tinggi, berkualitas dan mengutamakan prinsip HSSE (Health, Safety, Security, and Environment).
SKK Migas – PEB pun telah mengawal secara ketat kegiatan reaktivasi lapangan tersebut mulai dari proses pengadaan fasilitas produksi agar sesuai dengan aturan PTK 007 hingga berkoordinasi dengan daerah untuk mendukung kelancaran proyek. Selain itu, PEB melakukan terobosan untuk meningkatkan produksi dari Lapangan Camar dengan memulai rangkaian studi FEED dan tahap pengadaan untuk komponen fasilitas proyek untuk reaktivasi platform lainnya yaitu MPA (Monopod Platform), yang diharapkan akan selesai pada kwartal 3 tahun ini,
Dengan dukungan SKK Migas, saat ini PEB secara aktif terlibat dalam pembahasan dan persiapan reaktivasi platform MPA yang akan mengaktifan sumur lama seperti CM-6 dan MPA-1 serta pengeboran sumur CW-1 dan CW-2 di lokasi MPA yang direncanakan akan dilakukan pada kwartal 3 dan kwartal 4 tahun 2024. Dan juga pengeboran CS-5 dan CS-6 pada tahun 2025 di lokasi CPP.
Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas, Hudi D. Suryodipuro mengatakan, dengan rencana aktivitas yang akan dikerjakan, maka estimasi volume produksi Lapangan Camar dapat mencapai 3.000 BOPD pada tahun 2025, sehingga produksi dari lapangan ini diharapkan dapat menjadi tambahan dalam meningkatkan ketahanan energi Indonesia, serta menyediakan pasokan energi bersih yang stabil dalam jangka panjang.
Hudi pun menyampaikan bahwa SKK Migas mendorong PEB untuk dapat melakukan berbagai langkah dan upaya guna memastikan bahwa apa yang direncanakan dapat dilaksanakan sesuai waktu yang telah ditetapkan.
“Perkembangan yang ada, tidak lepas dari upaya SKK Migas untuk mendorong akselerasi reaktifasi Lapangan Camar sejak Pemerintah memberikan Blok ini pada Desember 2022. Salah satu akselerasi tersebut adalah transfer Asset SPM (Single Point Mooring) dari Pertamina. Kami memberikan apresiasi atas komitmen yang kuat dari PEB untuk melakukan eksekusi atas program yang ada sehingga saat ini Lapangan Camar sudah bisa berproduksi kembali”, ujar Hudi.
Ia menambahkan, SKK Migas juga mendorong PEB untuk dapat lebih aktif melakukan program-program untuk meningkatakan produksi serta melakukan program eksplorasi agar potensi migas di WK tersebut dapat dioptimalkan untuk mendukung ketahanan energi nasional.
Sementara itu, CEO Prima Energi, Pieters Utomo, menegaskan bahwa PEB akan terus berkoordinasi dan bersinergi secara kolektif dalam melaksanakan rangkaian reaktivasi Lapangan Camar.
“Apresiasi kami sampaikan kepada SKK Migas yang terus bersama-sama mengawal proyek ini, harapannya kelancaran dan keberhasilan proyek ini dapat memberikan kontribusi positif bagi negara khususnya bagi Industri Hulu Migas di Indonesia,” tambahnya.
Dari segi eksplorasi, PEB juga tetap berkomitmen untuk mengembangkan area Tuban yang masih dalam Wilayah Kerja Bawean bagian selatan, dimana akan direncanakan kegiatan survey seismik 3D seluas 300 km2 dan diharapkan dari area ini berpotensi ditemukan sumberdaya sebesar 622 MMBOE Oil In Place.