Sukoharjo, Sonora.ID - Kasus Demam Berdarah di Kabupaten Sukoharjo terus mengalami peningkatan, dan hingga saat ini sudah mencapai lebih dari 189 kasus.
Salah satu daerah yang mengalami peningkatan kasus DBD yaitu Kecamatan Sukoharjo.
Menurut informasi yang diperoleh dari Puskemas Sukoharjo, jumlah kasus yang dilaporkan telah mengalami peningkatan yang signifikan sejak awal tahun ini.
Laporan tersebut menyebutkan bahwa sejak bulan Januari hingga April 2024, jumlah kasus demam berdarah mencapai dua kali lipat lebih banyak dibandingkan dengan periode tahun lalu.
Baca Juga: Kasus DBD Meningkat di Jakarta
Kepala Puskesmas Sukoharjo, Kunari Mahanani, membeberkan data mengenai kasus DBD yang terjadi di Sukoharjo.
"Yang jelas kami di wilayah Kecamatan Sukoharjo DB nya memang sangat luar biasa, Kemarin itu kasus DBnya saja dari surat KDRS yang masuk ada 189 kasus Demam Berdarah," beber Mahanani pada Minggu (21/4/2024).
Surat KDRS merupakan surat yang dibuat oleh rumah sakit yang merawat pasien penderita demam berdarah. Kunari juga menjelaskan bahwa kasus yang saat ini banyak terjadi yaitu demam berdarah (DB) dan demam berdarah dengue (DBD).
Kedua kasus tersebut seringkali dianggap sama, padahal keduanya merupakan dua kasus yang berbeda.
"Kalau Demam Berdarah (DB) itu Demam Dengue artinya belum ada pendarahan dan belum positif DBD itu sudah diatas seratus, sedangkan demam berdarah dengue (DBD) itu sudah diatas dua puluh jadi memang lumayan sangat tinggi," jelasnya.
Dua balita di Kecamatan Sukoharjo dilaporkan meninggal dunia akibat kasus Demam Berdarah (DB) dan Demam Berdarah Dengue (DBD).
Balita tersebut merupakan warga Desa Jetis dan yang satunya merupakan warga Bulakrejo.
Di samping itu, Puskemas Sukoharjo juga telah mengambil langkah-langkah untuk mengurangi jumlah kasus tersebut.
Salah satu langkahnya adalah dengan mengeluarkan surat kepada camat dan menyebarkannya ke setiap kelurahan atau Balai Desa agar melakukan kegiatan edukasi kepada masyarakat di wilayah mereka masing-masing.
Baca Juga: DBD di Sukoharjo Melonjak, Weru Jadi Wilayah Dengan Kasus Tertinggi
"Yang pasti kami (Puskesmas) sudah berikan surat kepada setiap desa melalui kecamatan untuk kerjabakti yang disebut Grebeg Jentik artinya pembersihan jentik-jentik nyamuk," ujarnya.
Menurutnya, penyebab tingginya kasus DB dan DBD di Kabupaten Sukoharjo adalah karena tingginya curah hujan saat ini.
Hal ini menyebabkan terjadinya genangan air di sekitar lingkungan rumah masyarakat, seperti genangan air di ban bekas atau ember bekas.
"Iya, jadi faktornya itu karena hujan saat ini, karena banyak genangan yang berada di wilayah rumah warga bukan di dalam rumah warga," lanjutnya.
Sebagai Kepala Puskesmas Sukoharjo, Maharani juga mengimbau masyarakat agar selalu menjaga kesehatan dan juga kebersihan di lingkungan sekitarnya.
Penulis : Zulfa Abdat