Dikutip dari laman UIN Sunan Gunung Djati Bandung, berikut teks khutbah Jumat tema bulan Dzulqa'dah:
Khutbah Pertama
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Mengawali khutbah yang singkat ini, khatib berwasiat kepada kita semua, terutama kepada diri khatib pribadi untuk senantiasa berusaha meningkatkan ketakwaan dan keimanan kita kepada Allah SAW dengan menjalankan semua kewajiban dan menjauhkan diri dari segala yang dilarang dan diharamkan.
Hadirin yang dimuliakan Allah,
Allah SWT melebihkan derajat sebagian makhluk-Nya atas sebagian yang lain. Sebagian manusia, Allah jadikan lebih utama daripada sebagian manusia yang lain. Sebagian tempat, Dia jadikan lebih utama daripada sebagian tempat yang lain. Dan sebagian waktu, Dia jadikan lebih utama dibandingkan dengan sebagian waktu yang lain.
Kita semua kebanyakan. cenderung mencurahkan seluruh energi spiritual kita ke bulan Ramadhan, namun Allah telah mengisi tahun ini dengan bulan-bulan yang penuh berkah! Rasulullah (saw) bersabda, ‘Sesungguhnya Tuhanmu mempunyai Nafahaat (angin rahmat) pada hari-harimu, maka perlihatkanlah dirimu kepada mereka. Karena barangkali kamu akan mendapatkan kemudahan darinya dan setelah itu kamu tidak akan pernah merasa sedih. [Tabarani]
Sebagaimana sia-sia jika melewatkan keberkahan Ramadhan, demikian pula sia-sia jika tidak memohon ampun kepada Allah di hari suci Dzul-Qa’dah. Bulan Dzulqa’dah termasuk dari dari empat bulan yang dimuliakan (al-Asyhur al-Hurum), yakni Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab. Dzulqa’dah juga termasuk salah satu bulan haji, yaitu Syawal, Dzulqa’dah dan sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah.
Oleh karena itu, Dzul Qa’dah adalah bulan elit karena Allah (swt) telah memilihnya demikian. Sebagaimana Dia berfirman dalam Al-Qur’an,
‘Dan Tuhanmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan pilih; bukan bagi mereka adalah pilihannya. Maha Tinggi Allah dan jauh diatas apa yang mereka sekutukan dengan-Nya. (QS, Al-Qasas [28]:68)
Penting untuk menghormati bulan yang telah dipilih Allah sebagai bulan suci, karena alasan yang Dia Maha Mengetahui. Allah memerintahkan kita untuk tidak ‘menganiaya diri sendiri’ saat Dzul-Qa’dah, artinya kita harus ekstra hati-hati dalam menunaikan kewajiban dan tidak terjerumus ke dalam dosa.
Di antara sebagian waktu yang Allah lebihkan keutamaannya atas sebagian waktu yang lain adalah bulan Dzulqa’dah yang saat ini kita berada di dalamnya. Di antara keutamaan bulan Dzulqa’dah adalah sebagai berikut:
Pertama, Dzulqa’dah adalah permulaan dari empat bulan yang dimuliakan (al-Asyhur al-Hurum). Empat bulan haram atau empat bulan yang dimuliakan itu adalah Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab. Disebut Dzulqa’dah disebabkan orang-orang Arab pada masa lalu tidak melakukan perang (qu’uud ‘anil qitaal) di dalamnya. Allah SWT berfirman:
Maknanya: “Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah dua belas bulan, sebagaimana dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan yang diagungkan (Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab)” (QS at-Taubah: 36).
Kedua, Dzulqa’dah adalah satu di antara tiga bulan haji, yaitu Syawal, Dzulqa’dah dan sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah. Tidak sah ihram untuk haji pada selain waktu tersebut. Allah SWT berfirman:
Maknanya: “Musim haji itu pada bulan-bulan yang telah dimaklumi (ditentukan)” (QS al-Baqarah: 197).
Ketiga, Rasulullah SAW tidak pernah melakukan umrah kecuali pada bulan Dzulqa’dah. Sahabat Anas bin Malik RA meriwayatkan:
Maknanya: “Rasulullah SAW berumrah sebanyak empat kali, semuanya pada bulan Dzulqa’dah kecuali umrah yang dilaksanakan bersama haji beliau, yaitu satu umrah dari Hudaibiyah, satu umrah pada tahun berikutnya, satu umrah dari Ji’ranah ketika membagikan rampasan perang Hunain dan satu lagi umrah bersama haji.” (HR al-Bukhari).
Keempat, Dzulqa’dah adalah 30 malam yang disebutkan oleh Allah SWT dalam firman-Nya;
Maknanya: “Dan Kami telah menjanjikan kepada Musa untuk memberikan kepadanya kitab Taurat setelah berlalu tiga puluh malam (bulan Dzulqa’dah), dan Kami sempurnakan jumlah malam itu dengan sepuluh malam lagi (sepuluh malam pertama bulan Dzulhijjah), maka sempurnalah waktu yang telah ditentukan Tuhannya menjadi empat puluh malam. Dan Musa berkata kepada saudaranya, yaitu Harun, “Gantikanlah aku dalam memimpin kaumku, dan perbaikilah dirimu dan kaummu, dan janganlah engkau mengikuti jalan orang-orang yang berbuat kerusakan”. (QS al-A’raf: 142).
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Demikian khutbah yang singkat ini. Mudah-mudahan bermanfaat bagi kita semua dan menjadi pembuka dari segala amal kebaikan untuk semuanya. Pertanyaannya Mengapa penting untuk melacak tahun bulan Islam?….itu Cara kita menghabiskan waktu berdampak pada kesehatan mental, tujuan, dan produktivitas kita, dan pada akhirnya membantu kita menjalani hidup yang lebih sukses dan bermakna. Membagi bulan-bulan kita sesuai dengan cara yang dipilih Allah hanya akan mendatangkan keberkahan dan manfaat. Allah telah menciptakan bagi kita satu tahun yang dibagi menjadi beberapa bulan lunar, banyak di antaranya memiliki keutamaan khusus dan menawarkan cara unik bagi kita untuk mendekatkan diri kepada Allah dan menghabiskan waktu kita dengan bermanfaat:
Nabi (saw) bersabda, ‘Waktu telah kembali ke keadaan semula seperti ketika Dia menciptakan Langit dan Bumi. Satu tahun terdiri dari dua belas bulan, empat di antaranya adalah bulan suci. Tiga diantaranya berturut-turut: Dzul-Qa’dah, Dzul-Hijjah, Al-Muharram dan Rajab Mudar [dinamai menurut suku Mudar yang biasa mereka hormati pada bulan ini], yang berdiri di antara Jumada (ath-Thani) dan Sya’ban’. [Bukhari]
Kita cenderung mencurahkan seluruh energi spiritual kita ke bulan Ramadhan, namun Allah telah mengisi tahun ini dengan bulan-bulan yang penuh berkah! Rasulullah (saw) bersabda, ‘Sesungguhnya Tuhanmu mempunyai Nafahaat (angin rahmat) pada hari-harimu, maka perlihatkanlah dirimu kepada mereka. Karena barangkali kamu akan mendapatkan kemudahan darinya dan setelah itu kamu tidak akan pernah merasa sedih. [Tabarani]
Sebagaimana sia-sia jika melewatkan keberkahan Ramadhan, demikian pula sia-sia jika tidak memohon ampun kepada Allah di hari suci Dzul-Qa’dah. Sekaranglah waktunya untuk mengevaluasi apa yang telah kita capai sejak Ramadhan dan menetapkan beberapa tujuan lagi untuk mendekatkan diri kepada Allah. Apakah ada kebiasaan buruk yang pernah kita lakukan, adakah hal-hal yang kurang dalam hidup kita, atau ada tujuan yang tidak kita capai? Dzul-Qa’dah adalah waktu yang tepat untuk menetapkan resolusi positif dan memohon maaf atas kesalahan kita.
Dari seluruh umat Muslim, khatib ingin mengucapkan semoga mendapat bulan penuh berkah yang penuh dengan amal shaleh, ampunan dan kedekatan dengan Allah, amin.
Khutbah I
اَلْحَمْدُ لِلهِ وَاسِعِ الْفَضْلِ وَالْاِحْسَانِ، وَمُضَاعِفِ الْحَسَنَاتِ لِذَوِي الْاِيْمَانِ وَالْاِحْسَانِ، اَلْغَنِيِّ الَّذِيْ لَمْ تَزَلْ سَحَائِبُ جُوْدِهِ تَسِحُّ الْخَيْرَاتِ كُلَّ وَقْتٍ وَأَوَانٍ، العَلِيْمِ الَّذِيْ لَايَخْفَى عَلَيْهِ خَوَاطِرُ الْجَنَانِ، اَلْحَيِّ الْقَيُّوْمِ الَّذِيْ لَاتَغِيْضُ نَفَقَاتُهُ بِمَرِّ الدُّهُوْرِ وَالْأَزْمَانِ، اَلْكَرِيْمِ الَّذِيْ تَأَذَّنَ بِالْمَزِيْدِ لِذَوِي الشُّكْرَانِ. أَحْمَدُهُ حُمْدًا يَفُوْقُ الْعَدَّ وَالْحُسْبَانِ، وَأَشْكُرُهُ شُكْرًا نَنَالُ بِهِ مِنْهُ مَوَاهِبَ الرِّضْوَانِ أَشْهَدُ أَنْ لَااِلَهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ دَائِمُ الْمُلْكِ وَالسُّلْطَانِ، وَمُبْرِزُ كُلِّ مَنْ سِوَاهُ مِنَ الْعَدَمِ اِلَى الْوِجْدَانِ، عَالِمُ الظَّاهِرِ وَمَا انْطَوَى عَلَيْهِ الْجَنَانِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَخِيْرَتُهُ مِنْ نَوْعِ الْاِنْسَانِ، نَبِيٌّ رَفَعَ اللهُ بِهِ الْحَقَّ حَتَّى اتَّضَحَ وَاسْتَبَانَ. صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الصِّدْقِ وَالْاِحْسَانِ. أَمَّا بَعْدُ، أَيُّهَا الْاِخْوَانُ أُوْصِيْكُمْ وَاِيَايَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ، بِامْتِثَالِ أَوَامِرِهِ وَاجْتِنَابِ نَوَاهِيْهِ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah Syukur alhamdulillah mari kita tanamkan dalam hati dan kita ucapkan dengan lisan, sebagai kata kunci pertama atas segala nikmat dan karunia yang Allah swt berikan kepada kita semua, khususnya nikmat iman dan sehat, sehingga kita bisa terus istiqamah dalam mengerjakan ibadah wajib satu pekan satu kali ini, yaitu shalat Jumat. Semoga ibadah yang kita lakukan menjadi ibadah yang diterima oleh-Nya.
Shalawat dan salam mari kita haturkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad saw, allahumma shalli ‘ala Muhammad wa ala alih wa shahbih, yang telah sukses menjalankan visi misi dakwahnya dalam menyebarkan ajaran Islam yang penuh dengan kedamaian dan kasih sayang dalam bingkai rahmatan lil ‘alamin, beserta para sahabat, keluarga, dan semua pengikutnya yang senantiasa mengikuti seluruh jejak langkahnya.
Selanjutnya, melalui mimbar yang mulia ini, khatib mengajak kepada diri khatib sendiri, keluarga, dan semua jamaah yang turut hadir pada pelaksanaan salat Jumat ini, untuk terus berusaha dan berupaya dalam meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah swt, karena hanya dengan modal takwa, kita semua bisa menjadi hamba yang selamat di dunia
Jumat yang dirahmati Allah Terdapat empat bulan yang sangat dimuliakan dan diagungkan dalam Islam, yaitu bulan Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab. Semua amal ibadah yang kita lakukan pada bulan ini akan dilipatgandakan oleh Allah swt, sebagaimana juga dilipatgandakan semua perbuatan-perbuatan dzalim pada bulan-bulan tersebut. Karenanya, mari kita tingkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah swt, dengan cara tidak berbuat dzalim, baik pada diri sendiri maupun kepada orang lain. Berkaitan dengan bulan ini, Allah swt berfirman dalam Al-Qur’an, yaitu:
Lanjutan teks khutbah Jumat bulan Dzulqaidah dapat disimak di sini
Baca berita update lainnya dari Sonora.id di Google News
Baca Juga: Hukum Tidak Shalat Jum'at 3 Kali, Ini Kata Ulama