Setiap amal saleh yang kita lakukan sejatinya sebuah investasi untuk diri kita yang kita titipkan kepada saudara-saudara kita untuk Allah. Investasi itu akan dikembalikan oleh Allah kepada kita baik di dunia maupun di alam akhirat. Di alam dunia, investasi itu kembali di saat kita membutuhkan bantuan yang sangat mendesak kemudian Allah memberikan solusi atau rezeki yang tidak terduga.
Itulah hakekatnya investasi kita yang pernah kita tanamkan pada beberapa waktu yang lalu melalui sedekah, zakat termasuk berkurban pada Hari Raya Idul Adha. Adakalanya investasi tersebut diberikan ketika di akhirat sebagai imbalan pahala yang sangat bermanfaat untuk bekal kita kelak. Atau boleh jadi kedua- duanya yaitu di dunia dan akhirat secara bersama-sama.
Jamaah sholat Jumat yang dimuliakan oleh Allah
Ketulusan dan keikhlasan niat ini pernah dicontohkan oleh Nabi Ibrahim ketika melaksanakan perintah Allah, terutama dalam persitiwa penyembelihan anak kesayangannya yaitu Nabi Ismail. Kisah ini diawali dengan bersyukurnya Nabi Ibrahim atas karunia Allah yang begitu melimpah terhadap dirinya. Salah satu karakter Nabi Ibrahim adalah seorang dermawan nan berjiwa sosial. Nabi Ibrahim tidak akan makan kecuali bersama dengan tamu atau temannya atau tetangganya.
Tidak jarang Nabi Ibrahim harus menunda makan karena harus menunggu teman jamuannya. Seringkali juga Nabi Ibrahim menyembelih puluhan ternaknya hanya karena ingin menjamu tamu-tamunya untuk sekali makan. Suatu hari salah satu tamunya bertanya mengapa engkau gemar berkorban menyebelih hewan ternak? Nabi Ibrahim menjawab, inilah salah satu bentuk rasa bersyukur kepada Allah. Jangankan hewan ternak, jika perlu anak pun siap untuk dikorbankan jika memang Allah yang perintahkan. Ucapan ini pun dihukumi oleh Allah sebagai bentuk nadzar Nabi Ibrahim kepada Allah.
ahala yang Setara dengan Haji bagi yang Tidak Mampu
Sehingga suatu waktu Allah menagihnya sebagaimana dikisahkan di dalam Surat Ash Shafat Ayat 102:
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعۡىَ قَالَ يٰبُنَىَّ اِنِّىۡۤ اَرٰى فِى الۡمَنَامِ اَنِّىۡۤ اَذۡبَحُكَ فَانْظُرۡ مَاذَا تَرٰىؕ قَالَ يٰۤاَبَتِ افۡعَلۡ مَا تُؤۡمَرُ سَتَجِدُنِىۡۤ اِنۡ شَآءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰبِرِيۡنَ
’’Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insyaallah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar."
Nabi Ismail yang masih belia pun menerima atas keputusan Allah untuk dikorbankan sebagai bentuk kuatnya keyakinan dan teguhnya pendirian dalam rangka melaksanakan perintah Allah. Meskipun ketika itu tipu daya syetan terus bergulir dalam rangka menghalangi semangat ibadah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Ketika itu keduanya mengusir iblis yang bertalbis menyerupakan manusia dengan 3 kali lemparan yang masing-masing lemparan menggunakan 7 buah batu. Dan kesabaran serta keikhlasan ini membuahkan hasil sebagaimana dikisahkan pada ayat Surat Al Shaffat Ayat 107 yaitu:
وَفَدَيۡنٰهُ بِذِبۡحٍ عَظِيۡمٍ
’’Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.’’