Palembang, Sonora.ID – Kasus Covid-19 di Indonesia dilaporkan mengalami kenaikan, terutama disebabkan oleh varian JN.1. Data Laporan Mingguan Nasional COVID-19 Kemenkes RI periode 12-18 Mei 2024 mencatat 19 kasus konfirmasi, 44 kasus rawat ICU, dan 153 kasus rawat isolasi.
Tren positivity rate mingguan berada di angka 0,65 persen dengan nol kematian. Jumlah orang yang dites per minggu mencapai 2.474 orang.
Apa saja gejala yang dialami seseorang bila terinfeksi varian JN.1?
Prof. Dr. dr. Yuwono, M. Biomed, Ahli Mikrobiologi Sumsel, kepada Sonora (30/05/2024) menjelaskan bahwa varian JN.1 adalah turunan dari varian BA.1 atau BA.2 yang merupakan turunan dari Omicron.
"JN.1 bukan varian tapi subvarian. Ibarat orang berkeluarga, cucu bukan anak. JN.1 turunan dari BA.1 atau BA.2 yang mendominasi tahun 2021. BA adalah turunan dari Omicron," ujarnya.
Baca Juga: Gen Z Banyak yang Menganggur, Akademisi Sumsel Beberkan Penyebabnya
Yuwono melanjutkan bahwa JN.1 munculnya musiman, terutama di musim dingin.
Awalnya dideteksi di Amerika pada Oktober 2023 kemudian berkembang hingga mencapai 80% di bulan Januari 2024. Kini sudah masuk di Indonesia, Singapura, dan India.
Seperti varian Omicron, JN.1 memiliki gejala di antaranya kelelahan, sakit tenggorokan, pilek, namun jarang batuk dan gejala Covid pada umumnya tidak ada, seperti hilangnya penciuman dan demam.
Yuwono menambahkan, keberadaan vaksin cukup efektif mencegah infeksi Covid. Vaksin mampu mencegah dengan coverage antara 66 hingga 80 persen.