Natuna, Sonora.ID - Kehidupan sekitar 7000 nelayan di Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau saat ini dihadapkan pada tantangan yang tidak mudah. Selain berhadapan dengan masih seringnya kapal-kapal asing yang melalukan penangkapan ikan dan sumber daya laut di wilayah Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEE), hasil tangkapan ikan mereka juga terancam dengan diperbolehkannya kapal penangkap ikan dari Pantai Utara Jawa yang mendapat izin penuh dari pemerintah pusat untuk beroperasi di perairan Natuna. Kapal-kapal berbendera China dan Vietnam kerap terlihat beroperasi di perairan Natuna untuk melakukan eksplorasi sumber daya perikanan dengan menggunakan trawl.
Persoalan yang dihadapi nelayan Natuna merupakan satu dari sekian banyak masalah lain yang dikaitkan dengan kedaulatan negara Indonesia yang bersinggungan langsung dengan Laut China Selatan. China yang selama ini tidak pernah mengakui keberadaan konvensi UNCLOS 1982 masih menganggap Laut China Selatan sebagai wilayah teritorialnya sehingga kerap bersitegang dengan negara-negara di kawasan ini seperti Taiwan, Thailand, Filipina, Malaysia, Brunei, Vietnam dan Indonesia. Apalagi sejak tahun lalu, China memberlakukan ten dashline yang semakin memperluas klaim teritorialnya di perairan ini.
Indonesia pernah melayangkan protes terhadap klaim batas territorial tersebut kepada China namun hingga saat ini belum pernah ada jawaban. Sementara kapal-kapal mereka dengan kecanggihan teknologinya dengan bebas melakukan eksploitasi di Laut China Selatan ini.
Dengan jumlah populasi mencapai 83.668 jiwa, Kabupaten Natuna merupakan bagian dari wilayah Indonesia yang bersentuhan langsung dengan Laut China Selatan. Natuna menjadi penting untuk mengukuhkan kedaulatan Indonesia di Laut China Selatan di tengah konflik yang berkepanjangan.
Pemerintah Kabupaten Natuna terus gigih melakukan berbagai upaya dalam memperkuat kedaulatan tersebut. Wakil Bupati Natuna, Rodhial Huda kepada reporter Sonora mengatakan salah satu upaya adalah dengan membangun sekaligus memupuk rasa cinta tanah air masyarakat setempat hingga pulau terluar di Natuna. Antara lain dengan melaksanakan Gerakan 10 Juta Bendera yang sejalan dengan program pemerintah pusat.
"Teknisnya, Pemerintah Kabupaten Natuna setiap tahun melaksanakan pembagian bendera merah putih kepada masyarakat untuk dipasang di setiap rumah, tempat-tempat usaha, jalan protokol, berbagai destinasi wisata, kapal Pompong nelayan, kenderaan bermotor serta pemasangan bendera Merah Putih di pulau pulau terluar kabupaten Natuna," ujar Wabup Natuna Rodhial Huda lewat keterangan tertulisnya kepada Sonora, Rabu (29/05/2024).
Wabup Natuna Rodhial Huda menjelaskan targetnya adalah masyarakat Natuna serta pendatang yang singgah. Hal ini menegaskan bahwa mereka berada di wilayah negara kesatuan Republik Indonesia. Program lain adalah menyelenggarakan kegiatan rutin untuk menunjukkan dan memperkuat indentitas budaya lokal sebagai bagian dari budaya Nusantara, antara lain melaksanakan pawai budaya pada hari-hari besar tertentu, melaksanakan pagelaran seni dan budaya di setiap kecamatan, melaksanakan pawai obor kebangsaan melibatkan seluruh Instansi, masyarakat, ormas dan pelajar.
"Secara spesifik, demi muwujudkan rasa cinta air di kalangan para pelajar, pemerintah kabupaten Natuna juga melaksanakan sosialisasi wawasan kebangsaan kepada pelajar dan pemuda secara rutin serta pelaksanaan kegiatan bela negara yang bersinergi dengan unsur Tentara Nasional Indonesia (TNI)," pungkasnya.
Dinamika Laut China Selatan selalu menarik untuk dicermati jika dilihat dari sisi Ilmu hubungan internasional. China sebagai kekuatan ekonomi dunia baru memilki hubungan yang erat dengan negara-negara di kawasan Asia Tenggara. Investasi China dalam kerangka kerja sama Belt and Road Initiative (BRI) di Asia Tenggara Misalnya, memiliki porsi terbesar dari total investasi yang disalurkan jika dibandingkan dengan total investasi global.
China dan Asia Tenggara sesungguhnya memiliki ketergantungan satu sama lain. Negara-negara ASEAN kaya akan sumber daya alam yang selama ini menjadi penyuplai kegiatan industri di China. Di sisi lain, Asia Tenggara yang memiliki jumlah populasi yang sangat potensial sebagai target pasar berbagai produk yang dihasilkan China. Indonesia sebagai pemimpin de facto ASEAN dianggap memiliki peran yang strategis yang berpengaruh terhadap dinamika politik dan ekonomi ASEAN.
Penulis: Saortua Marbun dan Yudi Samadi