Badung,Sonora.Id - Budaya baca masyarakat Indonesia masih perlu ditingkatkan. Ragam inisiatif disediakan mulai dari penyediaan akses yang luas ke bahan bacaan, kampanye promosi membaca, hingga pengembangan infrastruktur perpustakaan. Pelatihan Membaca Nyaring merupakan bagian dari kampanye Gerakan Indonesia Membaca yang melibatkan pemerintah daerah, institusi pendidikan, komunitas, dan masyarakat.
“Membaca Nyaring mengajarkan perjenjangan buku. Memudahkan pembaca dalam memilih buku yang sesuai tingkat pemahaman dan kebutuhan pembaca,”kata Founder Komunitas Reading Bugs, Rosi Setiawan pada pelatihan Membaca Nyaring di Kabupaten Badung, Kamis, (11/7/2024).
Rosi menambahkan, ada lima jenjang buku sesuai usia pembaca, mulai pembaca dini (0-7 tahun), pembaca awal (6-10 tahun), pembaca semenjana (10-12 tahun), pembaca madya (13-15 tahun), dan pembaca mahir (>15 tahun).
“Pelatihan membaca nyaring menyasar guru, pustakawan/pegiat literasi, dan orang tua menjadi pihak yang disasar,”tambahnya.
Aktivitas membaca nyaring di perpustakaan diyakini mampu meningkatkan tingkat kunjungan ke perpustakaan, membantu menumbuhkan minat baca, dan membuat buku lebih inklusif. Pustakawan punya kontribusi signifikan dalam meningkatkan literasi masyarakat melalui program literasi yang ditawarkan.
“Peran penting pustakawan tidak bisa dikesampingkan,” ucap pustakawan dari Perpusnas Restu Putri Solikhah.
Di sekolah, peran guru juga senada dengan pustakawan. Koneksi emosional yang dibangun antara guru dan peserta didik ketika melakukan membaca nyaring amat penting dalam perkembangan mereka.
“Membaca nyaring memberikan siswa kesempatan untuk mendengarkan pembacaan orang lain, sehingga membantu mengembangkan kosa kata lisan dan tulisan mereka,” ujar pegiat literasi Gusti Ayu Mawarani.
Memperkenalkan aktivitas membaca nyaring kepada orang tua, guru, dan pustakawan adalah langkah penting. Perpusnas berharap aktivitas ini dapat dijadikan rutinitas baik di rumah, sekolah, dan di perpustakaan untuk menumbuhkan minat membaca anak-anak.