Meskipun penggunaan bahasa ini mungkin tampak lebih terhormat atau sensitif, anak-anak mungkin memerlukan penjelasan yang spesifik dan konkret.
Misalnya apabila Anda mengatakan bahwa Ayah “pergi”, anak-anak bertanya-tanya: Ke mana dia pergi? Kapan dia pulang? Apakah sama dengan saat ibu berangkat kerja di siang hari?
Penjalasan yang ambigu hanya akan membuat anak keliru dalam memahami maksud dari perkataan Anda.
Pertimbangkan untuk menggunakan bahasa langsung seperti “meninggal dunia” ketika berbicara dengan anak Anda.
Perjelas bahwa orang ini tidak akan kembali. Bahkan apa pun keyakinan atau agama Anda, mulailah dengan menjelaskan kematian secara fisik.
Jujur
Anak sebaiknya dijauhkan dari bahasan yang mengerikan atau menakutkan ketika membicarakan kematian.
Orang dewasa sebaiknya juga menggunakan bahasa yang mudah agar anak bisa memahami.
Dengan begitu orang dewasa dapat mempertahankan kepercayaan di depan anak meski bahasanya tetap sulit dimengerti si kecil.
Itu juga membantu mereka jika anak mendengar informasi dari orang lain tentang kematian, baik melalui internet atau teman sekelas.
Bertanya dan menjawab pertanyaan
Anak yang kepo tentang kematian mungkin memiliki pertanyaan seputar bahasan ini.
Untuk itu, orang dewasa – termasuk orangtua, perlu memberikan jawaban secara jujur berdasarkan usia anak.
Mereka sebaiknya juga memberikan jawaban menggunakan bahasa yang faktual tanpa bahasa yang dihaluskan secara berlebih.
"Baik untuk memulai percakapan dengan pertanyaan terbuka," saran Kate Eshleman, PsyD, psikolog asal Cleveland Clinic.
"Anda bisa bertanya, 'Menurutmu apa yang terjadi dengan kakek? atau Ke mana ia pergi?'" tambah dia.
Di sisi lain, orang dewasa sebaiknya memberikan pertanyaan kepada anak seputar kematian.
Tujuannya untuk membantu anak memahami apa yang sebenarnya sedang terjadi.
Dengan begitu orang dewasa punya kesempatan untuk meluruskan kesalahpahaman dan mengatasi kekhawatiran anak.
Baca Juga: 5 Bacaan Doa untuk Ayah yang Sudah Meninggal: Arab, Latin, dan Artinya
Beri pemahaman
Orang dewasa perlu memberi pemahaman kepada anak sebelum mengajak buah hatinya pergi ke rumah duka, tempat persemayaman, atau makam.
Hal yang sama juga bisa dilakukan jika acara perkabungan yang mereka hadiri terdapat orang yang meninggal dalam keadaan tragis.
Beri tahu anak apa yang akan mereka lihat, mulai dari peti mati, jenazah, bunga, tangisan, pelukan, dan berdoa.
"Penting untuk mendiskusikan cara mereka aman dan cara-cara yang terus kami upayakan untuk menjaga mereka tetap aman," ujar Eshleman .
Biarkan anak memutuskan
Anak mungkin tidak ingin menghadiri acara berkabung setelah diberi tahu tentang apa yang terjadi dalam kematian.
Maka dari itu biarkan anak untuk mengambil keputusan sendiri.
"Sekali lagi, jangan memaksa anak untuk melakukan apa pun yang tidak ingin mereka lakukan," tandas Eshleman.
Ia menambahkan, prinsip yang sama sebaiknya dipahami orang dewasa ketika anak ingin melakukan sesuatu.
Seperti tidak ingin melihat jenazah, ingin pindah ke tempat lain, atau melihat anggota keluarga yang sudah meninggal.
Beri pemahaman secara agama
Eshleman menyarankan supaya anak diberi pemahaman tentang kematian dalam konsep agama.
Seperti bagaimana jenazah akan dikuburkan dan roh orang yang sudah meninggal berada di surga selepas kematian.
Buat prakiraan
Mengingat orang dewasa memiliki lebih banyak pengalaman hidup maka penting bagi mereka untuk membuat prakiraan seandainya anak diajak ke rumah duka.
Itu penting dilakukan karena anak bisa saja menangis atau melakukan hal yang tidak terduga lainnya.
"Sebagai orang dewasa, kita memiliki pikiran, perasaan, dan asosiasi tertentu yang sering kita proyeksikan ke anak-anak," jelas Eshleman.
"Bahkan ketika semua orang berduka, anak mungkin tidak merasakan hal yang sama. Itu tidak selalu menjadi saat kesedihan bagi mereka."
Biarkan anak merasakan perasaannya
Eshleman mengatakan, ada berbagai perubahan perilaku yang ditunjukkan anak tentang kematian, seperti: Merasa cemas jika berpisah Terlalu bergantung Pola makan dan tidur berubah.
Dalam hal ini, respons anak sebaiknya diamati supaya tidak berkelanjutan.
Pasalnya wajar bagi anak untuk mengekspresikan kesedihannya tentang kematian.
Di samping itu, akan sangat membantu anak jika melihat orang dewasa merasakan perasaannya juga.
Bahkan membiarkan anak menyaksikan reaksi emosional kita tidaklah apa-apa. Reaksi tersebut dikatakan Eshleman mengajari anak bahwa normal untuk mengespresikan berbagai emosi.
Ngobrol
Orang dewasa tidak ada salahnya membicarakan orang yang sudah meninggal dengan anak.
Misalnya memberi tahu si kecil apa makanan favorit atau waktu anak terakhir kali pergi bersama almarhum.
Baca berita update lainnya dari Sonora.id di Google News
Baca Juga: Fakta Jenazah Eril Akhirnya Ditemukan! Ingat 6 Etika Menyampaikan Belasungkawa di Media Sosial