Contoh 2
Musim kemarau pada tahun ini adalah kemarau terparah dalam kurun 10 tahun terakhir. Hujan tidak turun selama 6 bulan mengakibatkan tanah dan suber air menjadi kering.
Menurut BMKG, tahun ini hujan diprediksi akan turun pada bulan depan. Jika hal itu terjadi, maka bisa dipastikan bahwa kemarau tahun ini bukanlah kemarau yang biasa, dikarenakan terjadi selama 7 bulan.
Sedangkan menurut data yang disampaikan oleh BMKG tahun lalu, kemarau hanya terjadi selama 5 bulan.
Dengan demikian, petani banyak yang merugi karena gagal panen karena tidak ada air yang mengairi sawah mereka.
Contoh 3
Hujan berturut-turut mengguyur desa kami. Air sungai berangsur-angsur naik. Jalan dan halaman rumah pun mulai tergenang. Akhirnya, banjir melanda desa kami. Korban harta dan jiwa tidak dapat dielakan lagi.
Contoh 4
Sepuluh tahun yang lalu, hutan bakau dibabat habis-habisan. Lahan bekas hutan bakau itu disulap menjadi tambak-tambak udang windu. Memang, pengusaha udang windu pada waktu itu memperoleh keuntungan besar karena harganya sangat mahal di luar negeri.
Akan tetapi, setelah barang dagangan itu tidak laku di pasaran internasional, para pengusaha kembali ke kota, meninggalkan kerusakan lingkungan. Laut tercemar karena hutan bakau yang menyaring limbah yang masuk ke laut tidak ada lagi. Sekarang, puluhan ribu nelayan sulit menghidupi keluarganya karena tidak ada ikan yang dapat ditangkap di tepi pantai.
Contoh 5
Pencemaran lingkungan hampir terjadi di seluruh Indonesia, terutama di kota-kota besar. Pencemaran itu, antara lain, polusi udara dari kendaraan bermotor yang jumlahnya semakin banyak, pembuangan limbah industri dari pabrik-pabrik yang tidak sesuai dengan prosedur, dan ulah masyarakat sendiri yang sering membuang sampah sembarangan.
Pencemaran tersebut dapat mengakibatkan kerugian yang cukup besar. Misalnya udara menjadi kotor dan tidak sehat, menyebarnya berbagai virus dan bakteri atau menjangkitnya wabah penyakit, serta bencana banjir karena saluran-saluran air tersumbat oleh sampah.