Pontianak, Sonora.ID – Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), negara kita tercinta tidak lepas dari peran dan jasa para pahlawan yang sudah berjuang mempertahankan kedaulatan negara Indonesia.
Salah satu pahlawan asal Kalimantan Barat yang saat ini masuk dalam anggota Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) Bernama Hamdan Ismail menceritakan kisahnya saat berperang melawan pemberontak, seperti Pemberontakan DI/TII di Sulawesi, Peristiwa Konfrontasi Indonesia – Malaysia (1963 – 1966), dan PGRS/Paraku, yang coba mengusik kedaulatan RI.
Hamdan menceritakan bagaimana ia mendaftar dan masuk menjadi anggota TNI Angkatan Darat (AD) pada era Soekarno yang mana namanya diumumkan lewat radio pada saat itu. Hamdan mengikuti tes fisik dan dinyatakan lulus pada tahun 1959.
Kemudian dia berangkat ke Banjarmasin, Kalimantan Selatan untuk menempuh Pendidikan militer di Sekolah Kader Infantri (SKI) selama 5 bulan. Di sana dirinya mengikuti latihan seperti melewati rintangan dengan Teknik merayap.
“Dalam teorinya harus melewati rintangan alam umpamanya batang kelapa, ketika ada tembakan mesin kita harus tiarap, “tutur pria yang lahir pada tanggal 5 Mei 1940 itu.
Setelah ia menempuh Pendidikan tersebut dirinya dilantik menjadi Prada (Prajurit Dua) TNI Angkatan Darat. Setelah itu dia dan rekan – rekan seangkatannya mengikuti latihan praktek selama 3 bulan di Pangalengan, Jawa Barat pada peristiwa DI/TII lalu setelahnya langsung ke Pontianak.
Baca Juga: Peringati Kemerdekaan RI ke-79, Pemuda Kalbar Gelar Aksi Dukung Kemerdekaan Palestina
“Kami ditempatkan di Resimen 20, saya masuk di Batlyon 602/Semut di Singkawang. Lalu kami terus mengikuti operasi – operasi seperti menumpas PGRS/Paraku, “ungkapnya, yang juga pernah bertugas di Toli – Toli, Sulawesi Tengah.
Hamdan Ismail juga menceritakan ketika dirinya turun pada operasi peristiwa Konfrontasi Malaysia – Indonesia, yang mana Batalyon 602/Semut diberangkatkan Kompi 2 Mempawah untuk berangkat ke Kabupaten Sambas diangkut menggunakan mesin motor air.
Kemudian dilanjutkan dengan speed panjang sampai ke lokasi bernama Sejangkung, Sambas. Kemudian satu Peleton melanjutkan melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki sampai pada daerah Aruk dan mendirikan Pos di situ.
Dia menceritakan bahwa ia dipercaya menggunakan senjata buatan Rusia.
“Saya pada saat itu sering menghadapi pasukan Gurkha (Tentara yang direkrut Angkatan Darat Inggris) yang membantu Malaysia di medan pertempuran, di situ teman – teman seperjuangan saya banyak yang gugur,” ungkapnya.