3 Khutbah Jumat Singkat Terbaru, Terbaik dan Paling Bagus Bikin Nangis

22 Agustus 2024 09:10 WIB
Ilustrasi 3 Khutbah Jumat Singkat Terbaru, Terbaik dan Paling Bagus Bikin Nangis
Ilustrasi 3 Khutbah Jumat Singkat Terbaru, Terbaik dan Paling Bagus Bikin Nangis ( )

Sonora.ID – Berikut kumpulan contoh teks khutbah Jumat singkat terbaru, terbaik dan paling bagus yang bisa bikin nangis, cocok untuk disampaikan saat sholat Jumat.

Khutbah Jumat adalah ceramah yang dibawakan oleh khatib sebelum melaksanakan salat Jumat.

Khatib akan menyampaikan dua khotbah, yakni khotbah pertama berupa penyampaian materi, sedangkan yang kedua biasanya berupa pembacaan doa.

Materi khutbah merupakan seruan dakwah yang temanya dapat secara umum maupun tematik sesuai momentum yang ada.

Ada banyak tema yang dapat dipilih untuk disampaikan oleh khatib kepada jemaahnya.

Baca Juga: 3 Khutbah Jumat tentang Kemerdekaan, Singkat dan Menyentuh Hati

Berikut 3 contoh khutbah Jumat singkat terbaru, terbaik dan paling bagus yang sudah Sonora.ID rangkum untukmu.

1. Khutbah Jumat Terbaru

Mengisi Bulan Safar dengan Meraih Rahmat Dunia Akhirat

اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِىْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدىْ وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُوْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لآ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلى خَاتَمِ اْلاَنْبِيَآءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ مُحَمَّدٍ وَّعَلى آلِهِ وَصَحْبِهِ أجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ اللهِ اِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ  فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: وَمَنْ يَّتَّقِ اللّٰهَ يَجْعَلْ لَّهٗ مَخْرَجًا. وَّيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُۗ وَمَنْ يَّتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ فَهُوَ حَسْبُهٗۗ اِنَّ اللّٰهَ بَالِغُ اَمْرِهٖۗ قَدْ جَعَلَ اللّٰهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا 

 Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah,

Di awal khutbah, mari kita tingkatkan ketakwaan terhadap Allah dengan sebenar-benarnya, yaitu dengan berupaya sebaik mungkin menjalankan segala perintah dan menjauhi segala larangan-Nya. 

Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah, 

Sekarang kita telah masuk bulan Safar yang memiliki arti kosong. Disebut Safar karena dahulu pada bulan ini orang-orang Arab mengumpulkan makanan dari berbagai tempat, sehingga tempat itu kosong dari makanan.

Adapula yang mengatakan, disebut Safar karena dahulu pada bulan ini kota Makkah menjadi kosong ditinggalkan bepergian oleh penduduknya. 

Ada juga yang mengatakan, karena dahulu pada bulan ini orang Makkah memerangi suku-suku di sekitarnya dan mereka membiarkan orang-orang yang mereka temui dalam kondisi kosong tak punya harta.

Demikian dijelaskan oleh Imam Murtadha az-Zabidi dalam kitab Tajul ‘Arusy juz XII halaman 330.

Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah,

Lalu inspirasi apa yang dapat kita ambil dari bulan Safar yang bermakna kosong ini? Tentu, bulan Safar yang bermakna kosong ini jangan sampai hanya lewat saja.

Jangan sampai bulan Safar ini kita kosong dari amal kebaikan. Kebaikan yang bersifat ibadah ritual kepada Allah swt maupun ibadah sosial kepada sesama manusia dan seluruh alam. Nabi Muhammad saw sendiri bersabda:


إِنَّ أَصْفَرَ البُيُوتِ من الخَيْرِ البَيْتُ الصِّفْرُ من كتابِ اللَّهِ 

Artinya: Sungguh rumah yang paling kosong dari kebaikan adalah rumah yang kosong dari bacaan kitabullah Al-Qur’an (HR at-Thabarani).

Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah,

Selain itu, bagi orang yang merasa sudah banyak amal kebaikannya, juga jangan sampai lengah dan kelak di akhirat justru menjadi orang yang kosong tanpa amal, karena tidak diterima di sisi Allah.

Terlebih di era kemajuan teknologi informasi ini, yang memanjakan manusia untuk memamerkan segala amal kebaikannya di berbagai platform media sosial, di status WhatsApp, Facebook, Instagram, Youtube, TikTok dan selainnya. 

Bisa jadi amal kebaikan yang telah dilakukan, karena dipamer-pamerkan, justru menjadi amal kosong yang tidak diterima Allah swt.

Karena itu, sebenarnya tidak elok menampakkan amal kebaikan kecuali bagi orang-orang khusus yang sudah mampu mengendalikan hawa nafsu, seperti para ulama, wali, dan orang-orang saleh lainnya. 

Adapun bagi umumnya orang, maka terkadang ia menampakkan amal kebaikan, sementara maksud hati sebenarnya adalah memamerkannya dan mencari popularitas di mata manusia. Lalu nafsunya tak henti-henti membisikinya: 


أَنْتَ بِحَمْدِ اللهِ مِنَ الْمُخْلِصِيْنَ وَإِنَّمَا تَظْهَرُ هَذِهِ الْعِبَادَةِ لِيَقْتَدِيَ بِكَ النَّاسُ 


Artinya: Kamu alhamdulillah termasuk orang yang ikhlas. Niscaya kamu menampakkan ibadah ini hanya agar orang-orang mengikutimu.

Umumnya orang seperti kita ini hendaknya menguji maksud hati sebenarnya, ketika menampakkan amal kebaikan kepada orang lain.

Apakah kita termasuk orang yang ikhlas dalam melakukan amal kebaikan, atau justru sebenarnya hanya sedang melakukan pansos alias  panjat sosial, hanya sedang mencari popularitas semata di hadapan manusia? 

Lalu bagaimana cara menguji hati kita? Yaitu, andaikan ada orang lain melakukan amal kebaikan seperti itu dan orang-orang justru mengikutinya, atau justru lebih banyak yang mengikuti orang lain itu daripada yang mengikuti kita. Apakah hati kita senang dengan orang tersebut atau justru merasa tersaingi?

Bila hati kita lapang dengan orang tersebut, bahkan sangat senang terhadapnya, karena merasa ada orang lain yang justru telah mewakilinya melakukan amal kebaikan itu, maka kita termasuk orang yang telah ikhlas dalam melakukan amal kebaikan.

Sementara bila hati kita justru susah dan merasa tersaingi olehnya, maka hakikatnya kita adalah orang yang pamer atau riya’ karena merasa tersaingi. 

Dalam kondisi seperti ini, bila hati kita justru berbisik bahwa kamu merasa tersaingi karena khawatir kehilangan kesempatan mendapatkan pahala amal kebaikan, maka hendaknya perasaan seperti ini dilawan dengan ucapan:  


 إِنِّي مُعْتَمِدٌ عَلَى فَضْلِ اللهِ لَا عَلَى الْأَعْمَالِ. فَإِنْ دَخَلْتُ الْجَنَّةَ، فَإنما هو برحمة الله تعالى لا بعملي 

Artinya: Sungguh aku mengandalkan anugerah Allah, bukan amal kebaikan yang aku lakukan. Bila nanti masuk surga, maka itu murni karena rahmat Allah Ta’ala, hanya karena kasih sayang-Nya. Bukan karena amal kebaikan yang aku lakukan.

Demikian sebagaimana dijelaskan oleh Syekh Ali al-Khawash sufi agung asal Mesir dalam Kitab Lawaqihul Anwar halaman 17-18.

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.7 fm
98.9 fm
98.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
88.9 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.8 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm