Hadapi Link and Match, Ning Wahyu Sebut Kampus Harus Dorong Mahasiswa Tingkatkan Kapasitas

19 September 2024 16:50 WIB
Ketua APINDO Jabar Ning Wahyu Astutik (kanan - baju merah) usai kesepakatan kemitraan dengan UPI di Bandung, Rabu (18/9/2024)/ Dok. APINDO Jabar
Ketua APINDO Jabar Ning Wahyu Astutik (kanan - baju merah) usai kesepakatan kemitraan dengan UPI di Bandung, Rabu (18/9/2024)/ Dok. APINDO Jabar ( )

Bandung, Sonora.ID - Banyak para lulusan baru atau fresh graduate di Indonesia yang merasa bahwa bekerja harus sesuai dengan jurusan yang mereka ambil di bangku kuliah. 

Hal ini sering kali disebabkan oleh pandangan bahwa pendidikan formal adalah jalan utama untuk mendapatkan pekerjaan di bidang yang spesifik. 

Sebagai contoh, lulusan teknik diharapkan bekerja sebagai insinyur, atau lulusan ekonomi dianggap ideal untuk posisi di sektor keuangan. 

Kerap kali pandangan seperti ini juga diperkuat oleh dorongan dari orang tua dan lingkungan sosial yang percaya bahwa kesuksesan di dunia kerja bergantung pada seberapa relevan latar belakang pendidikan dengan pekerjaan yang dijalani.

Baca Juga: Sinergi Apindo Jabar - Nagasaki Prefectural Assembly Siap Kembangkan Kawasan Rebana

Dan sebagai bentuk penguatan kolaborasi antara dunia usaha dengan dunia pendidikan, Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Provinsi Jawa Barat (Jabar) dengan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), menjalin sebuah kesepakatan kemitraan untuk menghadapi tantangan ketenagakerjaan di Jawa Barat dan peningkatan kualitas SDM serta keterserapan lulusan, Rabu (18/9/2024).

"Visi kami adalah mewujudkan iklim usaha yang kondusif, kompetitif, dan berkelanjutan untuk penciptaan lapangan kerja, di mana SDM menjadi bagian penting dalam dunia usaha," kata Ketua APINDO Jabar Ning Wahyu Astutik dalam siaran persnya, Kamis (19/9/2024).

"Apalagi di Jawa Barat ini tengah menghadapi tantangan ketenagakerjaan dengan jumlah pengangguran tertinggi di Indonesia yang mencapai 1,79 juta orang atau 24,9% dari jumlah pengangguran nasional. Dari jumlah tersebut, lulusan SMK menyumbang 29,3%, sementara lulusan perguruan tinggi sebesar 13,6%, jadi kesenjangan antara supply dan demand tenaga kerja menjadi tantangan yang perlu diatasi bersama," bebernya.

"Ini menjadi tantangan, apalagi karakteristik Generasi Z, di mana data menunjukkan 65% pemberi kerja mempertimbangkan PHK untuk Gen Z, satu dari delapan Gen Z mengundurkan diri dalam seminggu pertama bekerja, dan 41% Gen Z serta milenial lebih memilih menganggur daripada bekerja di lingkungan yang tidak membuat mereka bahagia. Lalu, sebanyak 59% Gen Z juga merasa mengalami gangguan kesehatan mental. Hal ini lah yang perlu diperhatikan dalam menyiapkan SDM berkualitas, yang sesuai dengan kebutuhan dunia usaha khususnya di Jawa Barat," bebernya lagi.

"Dan harus dipahami pula bahwa di dunia kerja sering kali lebih dinamis. Jadi ada link and match. Banyak perusahaan kini lebih menghargai keterampilan praktis dan soft skills, seperti kemampuan komunikasi, kerja sama tim, dan problem solving, yang tidak selalu terbatas pada satu bidang studi tertentu," ungkapnya.

Halaman Berikutnya
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.7 fm
98.9 fm
98.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
88.9 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.8 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm