Baca Juga: 5 Ciri Bahasa Tubuh yang Kurang kasih sayang Menurut Psikologi
Berikut adalah contoh pelafalan bahasa ngapak yang berbeda dengan bahasa Jawa.
Bahasa Ngapak | Bahasa Jawa |
Sega | Sego |
Lenga | Lengo |
Ra papa | Ra popo |
Lantas, faktor apa yang mempengaruhi sehingga dialek orang Banyumasan dan orang Solo berbeda melafalkan huruf vokal /a/ dan /o/ pada kata-kata seperti contoh di atas?
Faktor historis adalah salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa Jawa daerah Yogyakarta, Semarang, Solo, dan sekitarnya. Sebagaimana dahulu pada masa Sultan Agung Hanyokrokusumo dari Kerajaan Mataram, beliau adalah seorang santri yang cinta mempelajari bahasa Arab, sehingga dialek Jawa dengan vokal /o/ mulai berkembang sejak saat itu. Hal ini, dipengaruhi dari huruf Arab banyak menggunakan vokal /o/. Penggunaan vokal /o/ tersebut mempengaruhi gaya bicara penutur bahasa Jawa di pusat Kerajaan Mataram.
Hal ini lah, yang membedakan pelafalan vokal dengan bahasa ngapak yang jauh dari kerajaan. Warga Banyumas pun menyadari kondisi ini, sehingga muncul istilah “adoh ratu perek watu” yang diartikan sebagai jauh dari raja dekat dengan batu. Istilah ini menggambarkan bagaimana penduduk Banyumas hidup jauh dari pusat kekuasaan. Faktor ini lah, yang menjadi warga ngapak bisa mempertahankan bahasa Jawa murni.
Dengan begitu, bahasa ngapak berhasil bertahan sebagai saksi sejarah dan kebudayaan, sehingga perlu dijaga dan dibanggakan. Mengapa harus demikian? Dikarenakan, sangat tidak menutup kemungkinan bahasa ngapak akan hilang suatu saat nanti, jika penutur terutama generasi muda malu menggunakan bahasanya sendiri. Maka, penting bagi orang ngapak untuk mengetahui latar belakang sejarah mereka agar semakin tumbuh rasa bangga terhadap bahasanya sendiri. Apalagi, bahasa ngapak merupakan sebuah bahasa peninggalan dari bahasa Jawa murni yang masih lestari hingga saat ini.
Penulis: Tantri Wulandari
Baca Juga: Arti Bohir dalam Bahasa Gaul, Identik dengan Politik!