Bekasi,Sonora.Id - Kasus kekerasan yang terjadi di Indonesia terhadap perempuan masih menjadi pekerjaan rumah pemerintah. Komnas Perempuan sebuah lembaga nasional yang bekerja fokus memperjuangkan hak-hak perempuan, menghapus segala bentuk kekerasan dan diskriminasi perempuan terus berjuang melalui berbagai program dan kampanye melalui berbagai platform baik media elektronik, media arus utama, media sosial hingga menggelar berbagai penyuluhan dan seminar-seminar.
Komnas Perempuan mencatat adanya peningkatan signifikan dalam laporan kekerasan terhadap kaum perempuan. Ketua Komnas Perempuan, Andi Yentriyani menuturkan bahwa kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dan kekerasan seksual paling banyak dilaporkan.
"Ketidaksetaraan gender dan budaya dominasi laki-laki masih menjadi akar persoalan utama dari maraknya kekerasan terhadap kaum perempuan," ujarnya .
Komnas Perempuan telah melakukan berbagai gerakan dan menginisiasi berbagai program untuk meningkatkan kesadaran dan mendorong berbagai perubahan kebijakan yang diharapkan akan lebih berpihak pada perempuan.
Komnas Perempuan terus berinovasi dan membuat berbagai program unggulan dengan menggelar kegiatan kampanye dengan terjun ke lapangan dan melibatkan masyarakat.
"Kami terus menjangkau berbagai komunitas hingga grass root untuk memberikan pemahaman tentang hak-hak perempuan dan pentingnya melawan kekerasan," tegas Andi.
Upaya lainnya, Komnas Perempuan aktif memberikan pendampingan hukum dan psikologis kepada para korban kekerasan sehingga proses pemulihan kepada para korban berlangsung cepat dan segera mengembalikan martabat mereka.
Mama Albert warga Bekasi Utara, seorang korban KDRT menerawang jauh kemasa saat masih merasakan sakitnya mendapatkan perlakuan fisik dari mantan suaminya. Ia bercerita mantan suaminya merupakan seorang crew kapal (pelayaran) yang bekerja cukup lama sekitar 3-5 bulan berlayar baru turun ke darat.
Setiap kali suaminya turun ke darat selalu berkumpul dengan teman-temannya untuk minum-minuman dan jika pulang kerumah pasti dengan kondisi lost kontrol dan dipenuhi amarah. Ia mengaku pasrah dan bingung saat mau mengadu kemana walaupun terkadang sedih dan merana menerima keadaan selalu mendapatkan perlakuan kasar dari suaminya.
"Bagaimanapun juga suami saya adalah pemberi nafkah kami sekeluarga dan ayah dari anak-anak saya, saya bimbang dan ragu jika harus melapor. Kendatipun merasakan sakit begini," ujarnya.
Setelah mendapatkan advokasi dan bantuan tetangga sertan rekan sejawatnya akhirnya Mama Albert dengan berat hati bisa lepas dari perilaku kasar mantan suaminya dan bisa hidup mandiri dengan melanjutkan kehidupan masa depan dengan penuh semangat.
Komnas Perempuan berkomitmen untuk terus memperjuangkan hak-hak perempuan dan mendorong penghapusan segala bentuk kekerasan. Komnas Perempuan meminta seluruh elemen masyarakat untuk bersama sama menciptakan lingkungan yang aman dan setara dengan kaum perempuan.
"Perubahan tidak bisa terjadi hanya dalam semalam, tetapi dengan kerja sama serta melalui kesadaran bersama, maka akan tercapai situasi dunia yang adil dan lebih manusiawi," ujar Andi Yentriyani.
Komnas Perempuan berharap upaya mereka dapat menginspirasi banyak pihak untuk turut serta dalam perjuangan melawan kekerasan terhadap kaum perempuan.