“Kita berpikir bagaimana memberikan masukan sehingga problematika (lifting minyak -red) bisa kita atasi. Antara lain menyangkut penambahan cadangan baru. Kita juga perlu investasi masuk. Dan kita perlu hadirkan teknologi baru karena mungkin sumur tua yang ada pada hari ini dengan teknologi yang lama tidak lagi ekonomis karena situasi keekonomian untuk biaya satu sumur yang lalu berbanding beberapa sumur yang sekarang,” ungkap Bambang.
Bambang berharap dukungan kuat dan sinergi KKKS dapat meningkatkan laju produksi minyak dan gas bumi nasional. “Sehingga beban APBN nantinya tidak terlalu berat,” ujarnya.
Sementara itu, Syamsu Daliend mengatakan, kegiatan pengembangan dan produksi sumur yang ada harus terus dipercepat. Dengan adanya percepatan produksi dan mengoptimalkan Kembali sumur idle yang ada serta penerapan teknologi seperti EOR di sumur-sumur tua maka produksi minyak bisa menyentuh di atas angka 600 ribu barel per hari.
“Kalau ditotal akan ada penambahan jumlah produksi yang lumayan untuk menahan laju penurunan dan bahkan mempertahannya. Produksi minyak bisa menyentuh angka 600 ribu barel. Jadi kita optimis target lifting bisa tercapai pada tahun depan,” ujarnya.
Muslimah Aida Batalipu menyoroti menambahkan, pencapaian produksi sangat ditentukan dengan penerapan teknologi yang diterapkan selama ini.
Dia mencontohkan penerapan teknologi terpadu Fracturing and EOR yang berbasis bioteknologi dan aman lingkungan sektor migas telah diterapkan cukup lama di Amerika Serikat (AS) juga bisa diterapkan di Indonesia.
“Di samping EOR yang selama ini sudah diterapkan di Indonesia, teknologi fracking juga bisa digunakan untuk meningkatkan produksi migas kita,” katanya.