Sebelum penutupan resmi, Gunung Merapi memiliki dua jalur pendakian yang disetujui oleh pihak berwenang, yaitu jalur Selo dan Sapu Angin di Klaten.
Namun, menurut Ruky, kelompok pendaki ini diduga kuat tidak menggunakan jalur resmi, melainkan melalui jalur alternatif yang dikenal sebagai “jalur tikus” atau melewati lahan-lahan warga sekitar.
“Kami menduga mereka naik melalui arah timur, yaitu Selo, Musuk, atau Cepogo,” jelas Ruky.
Penjagaan di jalur pendakian Selo memang dilakukan secara ketat, sehingga dimungkinkan kelompok pendaki tersebut menghindari jalur resmi yang diawasi petugas.
Ruky juga mengimbau masyarakat di sekitar jalur-jalur pendakian untuk turut waspada dan segera melaporkan jika mendapati calon pendaki yang hendak mencoba mendaki Merapi meskipun statusnya saat ini masih Siaga.
Sejak 2018, Gunung Merapi resmi ditutup untuk pendakian sebagai tindak lanjut dari rekomendasi Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta.
Sejak saat itu, status Gunung Merapi tetap berada pada level Siaga atau level 3, yang berarti aktivitas vulkanik cukup berisiko dan pendakian di area tersebut sangat tidak disarankan.
Penulis: Fransiska Dinda
Baca berita update lainnya dari Sonora.id di Google News
Baca Juga: Tunggakan PBB 10 Tahun Terkuak, Warga Boyolali Laporkan Perangkat Desa