Klub hiburan Man Suang menjadi simbol pengukuhan norma-norma ini. Namun, di sisi lain, muncul tokoh-tokoh yang berusaha melawan, seperti Khem, Wan, dan Chatra.
Baca Juga: Sinopsis Film 'Takluk: Lahad Datu' Film Perjuangan Heroik Malaysia
Resistensi terhadap Norma yang Menekan
Tokoh utama dalam “Man Suang” memerankan figur resistensi terhadap dominasi budaya dan sosial yang ada.
Khem dan Wan, misalnya, adalah masyarakat kelas bawah yang membuktikan bahwa mereka juga memiliki hak untuk melawan ketidakadilan.
Mereka menentang norma-norma yang membatasi peran berdasarkan status sosial, serta mengungkap rahasia di balik konflik antara komunitas Tua Hia dan pejabat Siam, termasuk skandal perdagangan senjata dengan Eropa.
Hal ini mencerminkan teori Gramsci, yang menyebutkan bahwa resistensi muncul ketika kelompok subordinat merasa tidak memiliki keselarasan tujuan dengan kelas dominan.
Ketika norma yang mendominasi tidak lagi relevan dengan kepentingan masyarakat luas, hegemoni mulai melemah.
Representasi Multikulturalisme dalam “Man Suang”
Selain menggambarkan perlawanan terhadap hegemoni, “Man Suang” juga menunjukkan keberagaman budaya yang menjadi ciri khas Siam pada masa itu.