Sonora.ID - Festival Sastra Yogyakarta (FSY) 2024, Sabtu (30/11) kembali menghadirkan acara yang memadukan seni, budaya, dan isu lingkungan dalam diskusi bertajuk BEGINU on Stage dengan tema “Lestari Jogja, Kini dan Sekarang.” Bertempat di Panggung Pasar Sastra, Taman Budaya Embung Giwangan, acara ini sukses menyampaikan semangat pelestarian lingkungan dan budaya Yogyakarta.
Mengusung tema besar festival, "SIYAGA," diskusi ini mengajak masyarakat untuk lebih peduli terhadap keberlanjutan alam dan nilai-nilai budaya setempat. Dengan menghadirkan narasumber seperti Kepala Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta Yetti Martanti, perwakilan WWF Irfan Bakhtiar, pendiri Bhumi Bhuvana Bhukti Prima Putri, serta penggiat lingkungan Marrel Suryokusumo, diskusi yang dipandu oleh Wisnu Nugroho ini menjadi forum refleksi sekaligus ajakan bertindak.
Dalam sesi diskusi, para narasumber mengupas tiga aspek utama untuk menjawab tantangan lingkungan di Yogyakarta. Aspek pertama menyoroti nilai-nilai budaya lokal yang tidak hanya mendukung keanekaragaman hayati, tetapi juga menjadi inspirasi dalam merumuskan solusi lingkungan yang relevan. Selanjutnya, keberlanjutan menjadi fokus dengan menekankan pentingnya keseimbangan antara kebutuhan manusia, satwa, dan alam, serta menggali solusi yang mendukung harmoni ekosistem secara holistik. Aspek terakhir menggarisbawahi peran budaya dalam keberlanjutan, yang tercermin melalui hubungan harmonis antara manusia, alam, dan Tuhan, serta pemanfaatan kearifan lokal untuk melestarikan ekosistem secara berkelanjutan.
Menyatukan Seni dan Pelestarian Lingkungan
“Pemerintah dan masyarakat harus berkolaborasi menjaga kelestarian lingkungan. Tidak cukup hanya mengandalkan pemerintah, masyarakat pun harus aktif terlibat,” ujar Marrel Suryokusumo.
Pada kesempatan yang sama, Yetti Martanti menekankan pentingnya pengelolaan festival yang berkelanjutan, termasuk upaya meminimalisir sampah dalam pelaksanaan FSY.
Baca Juga: Perkuat Yogya Sebagai Kota Budaya Sastra Melalui Pasar Buku
Sementara itu, Bhukti Prima Putri menyoroti pentingnya kolaborasi lintas sektor. “Kolaborasi antara seniman, aktivis lingkungan, dan pemerintah adalah kunci keberhasilan. Komunitas dapat menjadi jembatan untuk menghubungkan berbagai pihak dalam mencapai tujuan bersama,” katanya.
Diskusi ini membuktikan bahwa seni dan budaya dapat menjadi alat yang ampuh untuk menggerakkan perubahan. Melalui perpaduan sastra, musik, dan dialog, pesan pelestarian lingkungan disampaikan secara efektif dan emosional kepada masyarakat.
Melangkah Menuju Keberlanjutan
Acara ini menunjukkan bahwa seni dan budaya dapat menjadi penggerak transformasi sosial. Semangat pelestarian lingkungan yang digaungkan melalui BEGINU on Stage diharapkan dapat menginspirasi lebih banyak pihak untuk ikut serta menjaga keindahan Yogyakarta.
“Tema ini bertujuan menjembatani warisan budaya dan praktik modern demi mencapai keberlanjutan antara manusia dan lingkungan,” kata Wisnu Nugroho, yang menjadi pemandu diskusi.
Diskusi BEGINU on Stage menegaskan bahwa upaya pelestarian bukan hanya tugas pemerintah atau komunitas tertentu, melainkan tanggung jawab bersama seluruh elemen masyarakat. Dengan demikian, Yogyakarta dapat terus menjadi kota yang lestari, harmonis, dan penuh inspirasi.