Karawang,Sonora.Id - Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Kepala BKKBN, Dr. Wihaji, S.Ag, M.Pd, menegaskan bahwa masalah keluarga kerap dimulai dari keluarga. Karena itu, harus diatasi oleh keluarga, dan solusinya dikembalikan ke keluarga.
"Kunci utama untuk mengatasi persoalan keluarga adalah ngobrol (komunikasi) antar anak dan orang tua, dan antar suami dan istri. Jangan biarkan anak 'ngobrol' setiap hari dengan Hp," ujar menteri Wihaji pada acara Ngobarmen atau Ngobrol Bareng Menteri, bertempat di Posyandu Kenanga II, Dusun Kaum, Desa Mulyasari, Kecamatan Ciampel, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Rabu (04/12/2024) siang.
Pada acara yang dihadiri Wakil Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Wakil Kepala BKKBN, Ratu Ayu Isyana Bagoes Oka, dalam dialog yang penuh keakraban dengan siswa SMA yang tergabung dalam Generasi Berencana (GenRe), menteri Wihaji mengajak para remaja untuk menghindarkan diri dari tiga sikap negatif. Yakni, nikah dini, seks bebas dan narkotika. Karena hal tersebut akan berdampak negatif bagi kehidupan remaja di masa depan. Bahkan mereka berpotensi melahirkan generasi stunting baru.
Menteri Wihaji juga berpesan kepada seluruh elemen bangsa untuk bergotong royong melakukan pencegahan stunting. Diketahui, prevalensi stunting menurut data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 tercatat 21,5 persen. Angka ini harus diturunkan menjadi 18 persen di 2025. Juga diketahui, saat ini terdapat 8,7 juta Keluarga Risiko Stunting (KRS).
Untuk itu, Menteri Wihaji mengingatkan agar intervensi pencegahan stunting dilakukan lebih fokus. Dengan fokus pada empat menu, yakni nutrisi, air bersih, rumah tidak layak huni, dan edukasi. "Kita punya data 'by name by address' KRS. Kita tinggal carikan orang tua asuh," ujar menteri, yang akan meluncurkan Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting (Genting) pada Kamis (05/12/2024) ini.