Kepala DPMPTSP Jabar Nining Yuliastiani (kedua dari kanan), Deputi Kepala BI Jabar Muslimin Anwar (tengah/batik), Kepala BP Kawasan Metropolitan Rebana Bernardus Djoyoputro, saat Seminar Economic Outlook 2025 di Savoy Homann Bandung, Selasa (10/12/2024). (
Gun)
Sonora.ID, Bandung - Target pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pada tahun 2025 menjadi fokus utama pemerintah provinsi dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan memperkuat daya saing regional di tambah adanya sejumlah tantangan dan peluang yang akan dihadapi Jawa Barat (Jabar) di 2025.
Terlebih, saat ini perkonomian Jawa Barat dihadapkan pada tantangan target pertumbuhan ekonomi 8% dalam lima tahun mendatang.
Sebagai provinsi dengan populasi terbesar di Indonesia, Jawa Barat memiliki potensi besar dalam berbagai sektor, seperti industri manufaktur, pariwisata, pertanian, dan teknologi. Target pertumbuhan ekonomi tahun 2025 diproyeksikan berada pada kisaran 4,7% hingga 5,5%, sejalan dengan visi pembangunan nasional.
"Di proyeksi untuk tahun depan itu ada pada kisaran 4,7% sampai dengan 5,5% dan itu perlu extra effort apabila kita ingin mencapai ke 5,5%," ucap Deputi Kepala Kantor Bank Indonesia Jawa Barat Muslimin Anwar dalam seminar Economic Outlook 2025 di Savoy Homann Bandung, Selasa (10/12/2024).
"Untuk mencapai target tersebut semua pihak atau stakehokder harus bekerjasama dan kerja keras. Dan sudah pasti kami mendukung upaya dari pemerintah Provinsi Jawa Barat dalam mengakselerasi pertumbuhan ekonomi," papar Muslimin.
Untuk bisa mencapainya, Muslimin juga menyebut, setidaknya harus ada tiga poin. Pertama, adanya komitmen dan pandangan yang sama dari masing-masing kepala daerah di 27 kabupaten/kota yang nanti akan menjabat, termasuk Gubernur Jawa Barat terpilih.
Kedua adalah sinergi. Karena hal itu tidak bisa dilakukan sendiri, sinergi tidak hanya antara Pemprov dan Pemkot atau Pemkab, tapi juga Pentahelix nya.
"Optimis. Jadi semuanya harus bergerak. Artinya, jangan sebatas mengandalkan APBN Jabar saja sebagai upaya peningkatan laju pertumbuhan ekonomi," tegas Muslimin.
Ketiga adalah melakukan upaya tersebut dengan cara yang luar biasa. Pasalnya, targetnya pun di luar siklus yang terjadi setiap tahunnya.
Selain itu, harus pula ditambah dengan partisipasi masyarakat (swasta).
"Kita lihat, dari pusat 10% untuk investasi. Sedangkan investasi triwulan tiga saja sekitar 6%. Sehingga harus ada upaya lebih ke arah sana,” jelas Muslimin.
Sementara itu, Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Jawa Barat, Nining Yulistiani mengemukakan, bahwa pemerintah provinsi Jabar telah merancang berbagai strategi, termasuk peningkatan investasi infrastruktur, pengembangan sumber daya manusia, dan digitalisasi ekonomi," ucap
"Pembangunan infrastruktur, seperti jalan tol dan fasilitas transportasi lainnya, mampu mendukung agar capaian investasi di Jabar bisa tercapai di tahun depan," ungkap Nining.
"Untuk ke depan, Jabar diproyeksikan mampu menyerap investasi hingga Rp590-an triliun di 2029. Target ini diharapkan tercapai untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi hingga 8 persen," bebernya.
"Tahun lalu (2023), investasi yang berhasil kita capai sebesar Rp210,6 triliun. Namun, untuk memenuhi target nasional pertumbuhan ekonomi 8 %, Jawa Barat perlu meningkatkan investasi secara bertahap," jelas Nining.
Untuk mencapai target nasional, Jawa Barat dituntut untuk memberikan kontribusi sebesar 16% dari total investasi nasional. Dengan upaya strategis dan peningkatan daya tarik investasi, diharapkan Jawa Barat dapat menjawab tantangan ini dan menjadi motor penggerak perekonomian nasional.
Nining menambahkan, meskipun Jawa Barat dikenal sebagai destinasi investasi terbesar di Indonesia, namun banyak tantangan yang muncul. Terutama dalam memastikan investasi tersebut berdampak positif terhadap pengurangan tingkat pengangguran dan kemiskinan.
Data menunjukkan bahwa kabupaten/kota dengan banyak industri justru memiliki tingkat pengangguran tinggi. Sementara itu, wilayah yang minim investasi, seperti di bagian timur dan selatan Jawa Barat, memiliki tingkat pengangguran rendah tetapi angka kemiskinannya tinggi.
Selain itu, tantangan global juga turut memengaruhi. Menurut Nining, tren investasi global seperti proyek greenfield menunjukkan penurunan di negara-negara berkembang. Namun, peluang tetap ada, khususnya di sektor energi terbarukan, manufaktur berbasis global value chains, serta sistem agri-pangan.
"Peluang di sektor energi terbarukan dan industri intensif masih terbuka lebar. Kami optimis Jawa Barat dapat mempertahankan posisinya sebagai destinasi investasi utama di Indonesia,” pungkasnya.
Diketahui, seminar Economic Outlook 2025 ini juga menghadirkan Kepala OJK Provinsi Jawa Barat, Kepala Badan Pengelola (BP) Kawasan Metropolitan Rebana Bernardus Djoyoputro, dan Sekretaris Daerah Jawa Barat Herman Suryatman sebagai keynote speech.