Jakarta - Sebagai salah satu cara untuk mencapai kebebasan finansial yang berdampak positif di masa depan, adalah berinvestasi.
"Banyak macamnya bagi para pemula yang mau berinvestasi, apalagi di Pasar Modal. Di Pasar Modal Indonesia itu ada beragam investasi, seperti saham, obligasi, reksa dana, dan derivatif. Lalu pahami pula potensi keuntungan serta risiko masing-masing produk investasi tersebut," kata Kepala Perwakilan Bursa Efek Indonesia (BEI) Jawa Barat, Achmad Dirgantara dalam siaran persnya, Jumat (7/2/2025).
"Sedangkan produk investasi yang paling populer di pasar modal dan diperdagangkan BEI adalah saham. Saham adalah bukti kepemilikan atas suatu perusahaan. Dengan membeli saham, investor menjadi pemilik sebagian dari perusahaan tersebut dan berhak atas keuntungan yang dihasilkan," jelas Achmad.
"Kedua adalah risiko likuiditas. Tidak semua saham mudah dijual kembali dengan harga yang diinginkan. Dan ketiga, risiko perusahaan, jika perusahaan mengalami kerugian atau bangkrut, investor bisa kehilangan modalnya," tuturnya lagi.
Dijelaskan lebih lanjut, produk kedua yang diperjualbelikan di BEI adalah obligasi atau surat utang, baik yang diterbitkan oleh pemerintah atau perusahaan untuk mengumpulkan dana dari investor.
"Investor yang membeli obligasi akan menerima pembayaran bunga (kupon) secara berkala serta pengembalian pokok investasi pada saat jatuh tempo," kata Achmad.
Sedangkan keuntungan dari obligasi adalah memberikan pendapatan tetap berupa kupon obligasi yang dibayarkan secara berkala, sehingga memberikan penghasilan yang stabil.
"Obligasi ini termasuk instrumen yang memiliki keamanan lebih tinggi apalagi obligasi pemerintah, karena dijamin oleh negara. Sehingga memiliki risiko lebih rendah dibanding saham," kata Achmad.
"Memiliki obligasi atau surat utang negara bisa dijadikan sarana diversifikasi portofolio untuk mengurangi risiko dalam investasi," imbuhnya.
Meski demikian, kata Achmad, berinvestasi pada obligasi tetap memiliki risiko. Pertama, risiko suku bunga, jika suku bunga naik, harga obligasi cenderung turun. Kedua, risiko gagal bayar, jika penerbit obligasi mengalami kesulitan keuangan, pembayaran kupon dan pokok bisa terhambat. Ketiga, risiko likuiditas, karena tidak semua obligasi mudah diperjualbelikan di pasar sekunder.
Instrumen berikutnya, lanjut Achmad yang lebih mudah untuk investor pemula, adalah reksa dana.
"Reksa dana adalah produk investasi yang dikelola oleh manajer investasi. Dana pembelian unit dari berbagai investor dikumpulkan dan diinvestasikan ke berbagai instrumen seperti saham, obligasi, atau pasar uang oleh manajer investasi yang menjadi pengelola reksa dana," jelas Achmad.
Keuntungan reksa dana dikelola profesional yaitu manajer investasi yang berpengalaman mengelola dana, sehingga cocok bagi pemula. Secara otomatis dana investasi yang dikelola manajer investasi sudah terdiversifikasi, sehingga mengurangi risiko karena dana tersebar di berbagai instrumen.
"Dan yang terpenting adalah aksesibilitas bagi masyarakat umum karena bisa mulai berinvestasi di pasar modal dengan modal kecil," ungkapnya.
Adapun risiko reksa dana, kata Achmad, yang pertama memiliki risiko pasar. Nilai investasi dalam bentuk harga unit bisa naik atau turun tergantung kondisi pasar. Kedua, ada biaya pengelolaan berupa biaya administrasi dan pengelolaan yang dapat mengurangi keuntungan.
Ketiga, ketergantungan pada manajer investasi, karena kinerja investasi bergantung pada keahlian manajer investasi yang dipilih oleh investor.
Selanjutnya, yang juga ada di pasar modal dan diperdagangkan di BEI adalah produk derivatif. Derivatif adalah instrumen keuangan yang nilainya bergantung pada aset dasar seperti saham, obligasi, atau komoditas.
Di BEI, beberapa produk derivatif yang diperdagangkan meliputi kontrak berjangka (futures) dan opsi saham," jelasnya.
Keuntungan produk derivatif adalah pada leverage. Investor bisa mendapatkan eksposur yang lebih besar dengan modal yang lebih kecil. Lalu bagi investor yang sudah sophisticated atau memahami investasi, dapat menjadikan instrument derivatif sebagai fasilitas hedging, yaitu untuk melindungi portofolio dari risiko fluktuasi harga.
"Produk ini juga memiliki potensi keuntungan tinggi, jika berinvestasi dengan strategi yang tepat," ungkapnya.
Baca Juga: Jangan Panik Saat Memutuskan Akan Berinvestasi
Namun, investor harus mewaspadai risiko produk derivatif, yaitu pertama, risiko leverage. Karena menggunakan margin, potensi kerugian juga bisa lebih besar dari investasi awal. Kedua, kompleksitas karena membutuhkan pemahaman yang lebih mendalam dibandingkan saham atau obligasi. Ketiga, risiko likuiditas, akibat tidak semua kontrak derivatif memiliki likuiditas tinggi di pasar.
"Dengan memahami produk-produk atau berbagai instrumen investasi yang ada di pasar modal, para investor bisa memilih instrumen investasi sesuai dengan tujuan keuangan, profil risiko, dan jangka waktu investasi masing-masing. Saham menawarkan potensi keuntungan tinggi tetapi juga memiliki risiko tinggi, obligasi memberikan pendapatan tetap tetapi memiliki risiko suku bunga dan gagal bayar," ungkap Achmad.
"Sementara reksa dana adalah pilihan yang lebih mudah bagi pemula karena dikelola secara profesional. Sedangkan produk derivatif hanya untuk investor yang betul-betul sudah mengerti mengenai strategi berinvestasi," imbuhnya.
"Jadi sebelum berinvestasi, pastikan untuk memahami risiko yang ada dan melakukan analisis mendalam agar keputusan investasi lebih bijak," pungkasnya.