Kabupaten Bekasi, Sonora.ID – Jawa Barat (Jabar) terus menjadi salah satu provinsi tujuan utama bagi para investor. Selain menyediakan kemudahan dalam perizinan, pemerintah juga berupaya mengembangkan infrastruktur pendukung serta menjaga stabilitas dunia usaha agar tetap kondusif.
Dalam sebuah forum diskusi bersama pengelola kawasan industri dan pelaku usaha yang digelar di Aula SMK Mitra Industri MM 2100, Kabupaten Bekasi, Senin (10/2/2025), Penjabat Gubernur Jawa Barat, Bey Machmudin, menekankan pentingnya menjaga iklim investasi yang kondusif, terutama di kawasan industri Bekasi dan Karawang.
"Kita jaga bersama agar investor tetap berinvestasi di sini, bahkan kalau bisa bertambah terus. Jadi kita pastikan agar iklim investasi tetap kondusif," ujar Bey dalam keterangan resminya.
Baca Juga: Bey Sebut Media Harus Bersikap Kritis dan Berintegritas
Terkait adanya keluhan dari industri mengenai aksi sekelompok organisasi kemasyarakatan (ormas) yang mengganggu operasional pabrik, Bey meminta agar aksi tersebut dihentikan. Ia menegaskan bahwa pemerintah terbuka untuk berdialog jika ada ormas yang ingin menyampaikan aspirasi.
"Nanti kita bisa berdiskusi dan berdialog mengenai apa yang diperlukan. Yang terpenting, iklim investasi harus tetap kondusif," tegasnya.
Masukan dari Pengelola Kawasan Industri
Dalam forum diskusi tersebut, Bey juga mendengarkan aspirasi dari para pengelola kawasan industri yang tergabung dalam Himpunan Kawasan Industri (HKI).
HKI menyampaikan sejumlah masukan kepada Pemerintah Provinsi Jawa Barat agar semakin banyak investor yang menanamkan modalnya di wilayah tersebut.
Baca Juga: APINDO Jabar Apresiasi Bey Atas Terjaganya Kondusivitas Dunia Usaha di Jawa Barat
"Tadi ada banyak masukan dari mereka, dan kita akan melakukan akselerasi," kata Bey.
Ia berharap investasi di Jawa Barat terus meningkat karena berperan penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi dan membuka lebih banyak lapangan kerja.
Saat ini, Jawa Barat masih menjadi provinsi dengan investasi tertinggi di Indonesia, dengan nilai investasi mencapai Rp251 triliun pada tahun 2024.
"Salah satu kuncinya adalah kondusivitas," pungkas Bey.