Mudik Aman dan Nyaman: Tantangan Besar Transportasi Laut di 2025

16 Maret 2025 19:52 WIB
Pengamat Maritim Dr Capt Marcellus Hakeng, SH
Pengamat Maritim Dr Capt Marcellus Hakeng, SH ( Dok Pribadi)

“Selama arus mudik, jika stasiun pengisian daya tidak cukup tersebar di sepanjang jalur mudik atau pelabuhan, mobil listrik bisa terjebak kehabisan daya, mengganggu perjalanan, dan menambah kemacetan. Selain itu, kapasitas baterai dan daya tampung kendaraan listrik harus diperhatikan, karena ketidaksiapan kendaraan tersebut dapat membebani pelabuhan dan memperburuk kemacetan, terutama jika mobil listrik membutuhkan waktu pengisian yang lama. Alternatif solutif berupa stasiun pengisian diatas kapal juga penting untuk digagas kedepannya,” papar Capt. Marcellus Hakeng.

Diingatkan juga olehnya bahwa penting bagi pemerintah dan pihak terkait untuk mempersiapkan kebijakan yang matang mengenai penggunaan mobil listrik dalam konteks transportasi mudik. “Jika infrastruktur pengisian daya belum memadai atau jika penggunaan mobil listrik berisiko menyebabkan penundaan keberangkatan kapal, sebaiknya penggunaannya dibatasi selama arus mudik 2025.

Awak kapal juga harus memiliki kompetensi yang jelas mengenai bagaimana memperlakukan mobil listrik. Misal bagaimana cara pemadaman serta alat pemadam apa yang paling efektif untuk kebakaran yang ditimbulkan oleh jenis mobil ini, ilmu ini penting dikuasai awak kapal,” tegas Capt. Marcellus Hakeng seraya menekankan bahwa pembatasan ini lebih kepada langkah pencegahan untuk menjaga kelancaran dan keselamatan perjalanan pemudik.

Tantangan lainnya, tambah Capt. Marcellus Hakeng, adalah kapasitas pelabuhan yang sering tidak mencukupi untuk menangani lonjakan penumpang dan kendaraan pada saat puncak arus mudik. Kemacetan di pelabuhan, yang mengakibatkan penundaan dan ketidaknyamanan bagi penumpang, sering kali terjadi akibat volume kendaraan yang berlebihan.

“Oleh karena itu, peningkatan kapasitas pelabuhan dan sistem pengelolaan yang efisien sangat penting. Pelabuhan perlu memperbaiki fasilitasnya, mulai dari ruang tunggu yang lebih nyaman hingga sistem tiket dan registrasi yang lebih efisien. Sistem pengelolaan kendaraan dan penumpang di pelabuhan juga harus lebih terorganisir, dengan menggunakan teknologi digital untuk memantau dan mengatur aliran penumpang dan kendaraan dengan lebih baik,” ujar Capt. Marcellus Hakeng.

Menurutnya, teknologi bisa menjadi solusi penting dalam meningkatkan efisiensi di pelabuhan. Misalnya, penerapan sistem tiket digital dan aplikasi yang memberikan informasi tentang jadwal kapal dan kapasitas penumpang dapat mempercepat proses pendaftaran dan meminimalkan kerumunan. “Dengan memanfaatkan teknologi ini, pengelola pelabuhan dapat mengurangi waktu tunggu dan menciptakan pengalaman yang lebih baik bagi para pemudik. Selain itu, penggunaan teknologi juga akan meningkatkan pengawasan dan kontrol terhadap transportasi selama arus mudik, memastikan bahwa proses perjalanan berlangsung dengan aman dan lancar,” tuturnya.

Ditambahkan olehnya bahwa keselamatan penumpang dan kelancaran arus mudik, sangat bergantung pada kesiapan infrastruktur dan sistem pengelolaan transportasi yang ada. Semua pihak, termasuk pemerintah, pengelola angkutan, dan masyarakat, perlu berkolaborasi untuk mengatasi tantangan yang ada. “Dengan upaya bersama, arus mudik Lebaran 2025 dapat berjalan lebih lancar, aman, dan efisien, menciptakan pengalaman mudik yang nyaman tanpa mengorbankan keselamatan dan kenyamanan,” imbuh Capt. Hakeng.

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm