Pada Desember 1937, Letnan Komandan Edwin T. Layton, seorang perwira intelijen Angkatan Laut Amerika Serikat, mendapat peringatan dari Laksamana Isoroku Yamamoto dalam sebuah acara kenegaraan di Tokyo. Yamamoto menegaskan bahwa jika pasokan minyak Jepang terancam, negaranya tidak akan punya pilihan selain berperang.
Pada 7 Desember 1941, Jepang melancarkan serangan mendadak ke Pearl Harbor setelah Amerika Serikat memutuskan untuk menghentikan ekspor minyak ke Jepang.
Serangan ini memaksa AS untuk terlibat dalam Perang Dunia II. Laksamana Yamamoto kemudian mengusulkan rencana untuk menyerang Pulau Midway dengan empat kapal induk Jepang, meskipun sempat ditolak oleh Angkatan Darat Jepang.
Seiring berjalannya perang, Letnan Richard "Dick" Best dari USS Enterprise terlibat dalam berbagai misi serangan udara. Setelah serangan mendadak Letnan Kolonel Jimmy Doolittle ke Tokyo, Yamamoto akhirnya mendapatkan izin untuk menyerang Midway.
Baca Juga: Sinopsis 'Renfield' Pelayan Dracula yang Berontak dan Ingin Bebas
Sementara itu, Layton dan tim kriptografinya berhasil mengungkap bahwa target operasi Jepang yang disebut sebagai "AF" adalah Atol Midway. Dengan informasi ini, Laksamana Chester W. Nimitz segera mempersiapkan pasukan AS untuk menghadapi serangan Jepang.
Pada 4 Juni 1942, Jepang memulai serangan udara terhadap Midway. Awalnya, pesawat AS gagal menyerang kapal induk Jepang, tetapi kemudian pasukan Amerika menemukan celah dalam pertahanan musuh. Dengan strategi yang tepat, pembom tukik AS berhasil menghancurkan tiga kapal induk Jepang—Kaga, Sōryū, dan Akagi.
Jepang berusaha membalas dengan menyerang USS Yorktown, tetapi akhirnya kapal induk terakhir mereka, Hiryu, juga berhasil dilumpuhkan oleh pasukan AS.
Dengan kekalahan telak, Yamamoto memerintahkan penarikan pasukan Jepang. Sementara itu, Dick Best, yang mengalami masalah paru-paru akibat alat bantu