Sonora.ID - Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) melalui Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan (Ditjen Risbang) menyambut baik inisiatif upaya penurunan risiko stunting dan pengentasan kemiskinan di Nusa Tenggara Timur (NTT) oleh Konsorsium Perguruan Tinggi (KPT), Rabu (26/3).
Dalam rangka mendukung hal ini, telah dilakukan diskusi lintas institusi yang diselenggarakan pekan lalu.
Diskusi ini membahas perkembangan terkini dan tindak lanjut dari inisiatif yang telah berjalan.
Diskusi ini dihadiri perwakilan dari Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti) XV, Universitas Brawijaya (UB), Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Universitas Nusa Cendana (Undana), dan Universitas Katolik Widya Mandira (Unwira).
Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Wamendiktisaintek) Fauzan mengatakan bahwa meskipun konsorsium ini melibatkan beberapa perguruan tinggi, konsorsium ini dibentuk dengan semangat yang sama, yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat.
“Misi kita adalah untuk mensaintifikasi kebutuhan masyarakat. Termasuk di stunting, pangan, energi, dan sebagainya. Jadi, eksekusi program dilakukan dengan pertimbangan ilmu pengetahuan. Harapan besarnya, kita akan menjadi ekosistem atau komunitas yang dapat berkontribusi pada kehidupan masyarakat,” ujar Wamen Fauzan.
Direktur Jenderal Riset dan Pengembangan, Fauzan Adziman, menyampaikan bahwa program ini dapat dijadikan percontohan bagi pembentukan konsorsium lainnya.
“Kementerian sedang membangun program pendanaan riset yang cocok untuk konsorsium ini, baik dari aspek pengabdian kepada masyarakat, riset, maupun pendampingan,” ujar Dirjen Fauzan.
Dirjen Risbang juga menekankan bahwa konsorsium yang baik sedapatnya melibatkan seluruh pemangku kepentingan guna memastikan keberlanjutan serta efektivitas program yang dijalankan.
UB dan UMM selaku penggagas konsorsium ini telah merumuskan Rencana Aksi (Renaksi) KPT untuk penurunan risiko stunting dan pengentasan kemiskinan.