Sonora.ID - Orang yang berbohong sebenarnya bisa jadi karena tak ingin mengecewakan orang lain, ingin disukai, dihargai, membuat orang lain terkesan. Ada ketakutan bila ditolak atau dipermalukan.
Saat berbohong dan merugikan pihak lain, sebenarnya tidak ada tujuan menyakiti orang lain.
Namun, ini bisa jadi cara untuk menyelamatkan diri atau menutupi kesalahan. Jika seseorang sudah berbohong sekali, akan terus berlanjut untuk menutupi kebohongan sebelumnya. Lalu kebohongan pun berkembang lebih dalam.
Baca Juga: Punya Lokal Brand? Simak Cara ini untuk Mengembangkan Usaha Anda
Family and Relation Coach, Diany Pranata mengatakan manusia bisa berbohong 10-200 kali per hari. Berikut adalah tiga alasan kenapa manusia berbohong:
1. Insecure
Rendahnya percaya diri bisa jadi pemicu kita berbohong. Beberapa cara pun kemudian dilakukan untuk menutupi kekurangan. Seperti contohnya mempunyai mobil mewah, rumah mewah maupun harta bahkan status sosial.
Para peneliti percaya kebohongan dilakukan untuk memanipulasi orang lain demi mendapatkan yang diinginkan tanpa memerlukan kekerasan.
Baca Juga: Profesi Sesuai Bakat Saja Tidak Cukup, Apa Lagi yang Dibutuhkan?
2. Self Protection
Pakar psikologis menjelaskan seseorang biasanya berbohong sebagai bentuk perlindungan diri untuk menghindari masalah.
Manusia biasa berbohong untuk menghindari masalah. Ini bentuk perlindungan diri atau self defense saat merasa terancam. 'Daripada jujur, mending bohong', misalnya seperti itu.
Penjelasan tersebut diperkuat penelitian tentang perilaku bohong yang dilakukan psikolog Bella DePaolo, seperti dilaporkan Psychology Today.
Baca Juga: Pentingnya Membangun Value untuk Meningkatkan Profit Perusahaan
DePaolo menanyai 147 partisipan untuk membuat diari mengenai kebohongan mereka selama satu pekan.
Hasilnya, dia menemukan rata-rata seseorang berbohong satu atau dua kali dalam sehari dan itu dilakukan untuk melindungi diri dalam menyembunyikan kekurangan.
3. Mengontrol Persepsi Orang Lain
Beberapa orang berbohong untuk membuat orang lain terkesan. Manusia cenderung mengarang cerita agar disukai orang lain.
Sosial media dipercaya dapat memicu seseorang untuk berbohong dalam menunjukkan eksistensi. Agar kehidupan sosial tetap berjalan lancar, terkadang seseorang harus berbohong. (Kumairoh)
Baca Juga: Tinggi Badan Pengaruhi Risiko Terkena Diabetes, Bagaimana Faktanya?