Hal ini yang harus dijadikan kunci bagi para pemimpin atau calon pemimpin, khususnya dalam menghadapi karyawan atau anggota tim yang berasal dari generasi yang berbeda, contohnya generasi baby boomers dengan generasi milenial.
Perbedaan antara generasi memiliki ketakutan tersendiri.
Contohnya saja pada generasi milenial, beberapa di antaranya memiliki ketakutan tidak bisa memberikan kontribusi yang cukup. Dalam menghadapi hal ini seorang pemimpin penting membangun komunikasi dua arah yang secara langsung melibatkan generasi milenial.
Baca Juga: Melatih Mata Batin untuk Dapat Melihat Harapan dalam Kehidupan
Yohadi menyebutkan bahwa era sekarang sudah tidak bisa lagi memberikan arahan yang bersifat direct atau langsung, tetapi lebih kepada adanya diskusi dan komunikasi dua arah dalam memberikan arahan. Dengan cara ini, kompetensi karyawan akan lebih tergali.
“Harus digali, jadi komunikasinya tidak bisa cuma satu arah. Harus benar-benar digali mereka maunya apa. Jadi bukan cuma komunikasi, tapi kita mikirnya two way communication. Bagaimana kita bisa mencari tahu bahwa seseorang bagusnya di mana, sukanya apa, kalau tidak melakukan komunikasi dua arah ini” tutup Yohadi. (*)
Baca Juga: Saya Mengalami Saraf Kejepit, Apakah Saya tetap Bisa Berolahraga?