Sonora.ID - Sering kali keluhan yang terjadi di lingkungan kerja adalah keluhan karyawan dengan atasannya. Masalah ini terjadi biasanya disebabkan oleh beberapa faktor di antaranya adalah cara komunikasi pemimpin dalam memimpin timnya.
Untuk itu, Business Development Management at FIDES, Yohadi Martono menjelaskan bahwa, satu kunci penting dalam memiliki karakteristik diri sebagai seorang pemimpin adalah dengan memberlakukan arah komunikasi dua arah.
Two way communication menjadi penting untuk melihat dan mendengar potensi serta aspirasi dari anggota tim.
Baca Juga: Pentingnya Membangun Value untuk Meningkatkan Profit Perusahaan
Seorang pemimpin tidak hanya meniru, lalu memberikan arahan, tetapi seorang pemimpin diharap mampu mencari tahu kebutuhan anggota timnya.
Dengan adanya komunikasi dua arah ini, pemimpin dapat mengetahui permasalahan dan kebutuhan timnya, atau dengan kata lain komunikasi macam ini akan menciptakan sifat empati.
“Faktor paling tepatnya empatinya. Ketika seorang pemimpin punya empati yang baik, ketika ia tahu sisi yang lainnya itu mau apa, mereka butuhnya apa, dan mau kemana, seorang pemimpin dengan mudah bisa mengarahkan dengan pengalaman yang dimilikinya,” jelas Yohadi.
Baca Juga: Langkah Awal Memulai Bisnis dengan Menentukan Brand yang Tepat
Hal ini yang harus dijadikan kunci bagi para pemimpin atau calon pemimpin, khususnya dalam menghadapi karyawan atau anggota tim yang berasal dari generasi yang berbeda, contohnya generasi baby boomers dengan generasi milenial.
Perbedaan antara generasi memiliki ketakutan tersendiri.
Contohnya saja pada generasi milenial, beberapa di antaranya memiliki ketakutan tidak bisa memberikan kontribusi yang cukup. Dalam menghadapi hal ini seorang pemimpin penting membangun komunikasi dua arah yang secara langsung melibatkan generasi milenial.
Baca Juga: Melatih Mata Batin untuk Dapat Melihat Harapan dalam Kehidupan
Yohadi menyebutkan bahwa era sekarang sudah tidak bisa lagi memberikan arahan yang bersifat direct atau langsung, tetapi lebih kepada adanya diskusi dan komunikasi dua arah dalam memberikan arahan. Dengan cara ini, kompetensi karyawan akan lebih tergali.
“Harus digali, jadi komunikasinya tidak bisa cuma satu arah. Harus benar-benar digali mereka maunya apa. Jadi bukan cuma komunikasi, tapi kita mikirnya two way communication. Bagaimana kita bisa mencari tahu bahwa seseorang bagusnya di mana, sukanya apa, kalau tidak melakukan komunikasi dua arah ini” tutup Yohadi. (*)
Baca Juga: Saya Mengalami Saraf Kejepit, Apakah Saya tetap Bisa Berolahraga?