Sonora.ID - Ejakulasi dini adalah satu problematika yang sering muncul dialami oleh pria, kondisi ini muncul ketika seorang pria mengeluarkan sperma terlalu cepat saat melakukan hubungan seksual.
Seksolog dr. Binsar Martin Sinaga menjelaskan bahwa 70% permasalahan ini sering muncul pada pria yang baru saja menikah, biasanya terjadi pada tiga tahun awal usia pernikahan.
Sering masturbasi pada saat sebelum menikah biasanya menjadi penyebab utama dari adanya gangguan ejakulasi di usia muda.
Baca Juga: Fresh Graduate, Hindari 5 Kesalahan Ini untuk Masa Depan yang Cerah
Namun apakah ejakulasi di usia muda hanya diakibatkan karena sering masturbasi?
Dalam program Sex In The City, seksolog dr. Binsar Martin Sinaga menjelaskan faktor lain penyebab pria muda mengalami ejakulasi dini karena adanya hipogonad atau suatu kondisi menurunnya hormon testosteron.
Hormon Testosterone sangat berperan penting dalam tubuh pria, terutama dalam perkembangan sistem reproduksi.
Kadar hormon testosteron yang rendah untuk porsi orang Indonesia adalah dibawah 400 ng/dL , jika seseorang berada dibawah indeks tersebut, maka orang tersebut sudah dipastikan mengalami ejakulasi dini.
Baca Juga: Penyebab Keluarnya Cairan Putih dan Berbau pada Saat Berhubungan Intim
Lalu apakah ejakulasi dini bisa diobati?
Dokter Binsar menjelaskan, tentu bisa, namun cukup sulit bagi pria yang sedari awal sensitif atau jaringan sarafnya memiliki kepekaan terlalu berlebihan.
Untuk itu perlu adanya perhatian khusus yang harus dilakukan untuk menangani hal ini, biasanya dengan memeriksakan kadar hormon testosteron di laboratorium khusus pada saat pukul 7 hingga 10 pagi tanpa berpuasa.
Baca Juga: 6 Penyebab Nyeri Panggul, Salah Satunya Karena Masalah Pankreas
Lakukan pemeriksaan tersebut dalam kurun waktu lima tahun sekali, dimulai sejak usia 35 tahun.
Jika diketahui Anda memiliki kadar yang cukup rendah, dokter akan menyarankan anda untuk menganjurkan terapi hormon.
Namun perlu diketahui tidak semua pria dapat melakukan terapi hormon, seorang pria yang diketahui menderita kanker prostat, kanker payudara, penyakit ginjal, hati atau penyakit jantung, dianjurkan untuk tidak melakukan terapi hormon karena dapat meningkatkan risiko komplikasi terhadap penyakit yang dideritanya.
Baca Juga: 4 Trik Fengshui Rumah yang Bisa Membuat Anda Hoki dalam Berumah Tangga